Benarkah Nutrisi Telur AS Lebih Rendah dari Negara Lain?
Warna kuning telur AS umumnya lebih pucat dan butuh pendinginan lebih lama.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di seluruh dunia, telur merupakan salah satu bahan makanan favorit. Semua menu, mulai dari menu sarapan hingga kue, membutuhkan campuran telur di dalamnya.
Namun, telur yang ada di berbagai negara memiliki kualitas dan nutrisi yang berbeda. Misalnya, telur di Amerika Serikat (AS) seringkali dinilai memiliki nutrisi lebih rendah daripada telur yang dijual di seluruh dunia.
Kuning telur Amerika umumnya lebih pucat dan membutuhkan pendinginan yang lebih lama karena panjangnya distribusi. Lalu, bagaimana nilai gizi telur AS dibandingkan dengan telur di negara lain?
Telur yang diproduksi secara massal di Amerika sama bergizinya dengan telur yang diproduksi secara massal di negara lain. Namun, skala produksi massal di AS lebih besar daripada di tempat lain di dunia.
Sistem pangan Amerika dirancang untuk memberi makan populasi besar lebih dari 300 juta orang. Produksi telur sangat terkait dengan sistem makanan secara keseluruhan.
“Tujuan produksi telur dalam fasilitas berskala besar adalah untuk mendapatkan sebanyak mungkin telur yang diproduksi dalam waktu sesingkat mungkin, membawanya ke truk berpendingin dan ke gudang di mana mereka didistribusikan ke toko bahan makanan,” jelas Drake Patten, pemilik Hurricane Hill, sebuah peternakan konservasi 48 hektar di Western Cranston, Rhode Island, yang juga menghasilkan telur.
AS tidak hanya menjadi rumah bagi sejumlah besar orang, tetapi orang-orang itu tersebar di wilayah geografis yang luas. Itu sebabnya, makanan seperti halnya telur harus melewati perjalanan distribusi yang panjang.
Patten mengatakan, jumlah ayam di setiap kandang peternakan bisa mencapai 2.000 ekor. Banyaknya jumlah ayam itu menyebabkan luputnya pemeriksaan kesehatan menyeluruh. Ayam juga seringkali bertelur dengan kerang yang kotor.
Menurut pengakuan Patten, banyak peternakan besar yang memberikan makanan biji-bijian berkualitas kepada ayam. Mereka memberi ayam gandum murah, demi menekan ongkos produksi.
Karena itulah, kuning telur di AS lebih pucat. Mengingat warna kuning telur ditentukan oleh apa yang dimakan ayam dan seberapa besar nutrisi telur.
Akses ayam pergi ke luar kandang juga dinilai bisa mempengaruhi telur. "Ayam-ayam saya terus mendapatkan makanan yang beragam, misalnya biji-bijian, sayuran hijau, dan hal-hal yang ada di luar kandang. Itu akan membuat telur lebih bergizi karena kaya suplemen vitamin D misalnya," kata Patten seperti dilansir Huffington Post, Rabu (8/7).
Departemen Pertanian AS mewajibkan produsen untuk mencuci telur dengan air hangat setidaknya 20 derajat Fahrenheit lebih hangat daripada suhu internal telur. Proses itu dilakukan dengan membersihkan cangkang, tetapi juga menghilangkan kutikula luar, yang merupakan penghalang alami bagi bakteri dan pembusukan.
"Di sebagian besar negara Eropa, mencuci telur ilegal bagi produsen, itulah sebabnya produk tidak didinginkan di supermarket atau rumah," kata Michael Ruhlman, penulis buku makanan.
Lalu apakah orang Eropa melakukannya dengan lebih baik? Menurut Ruhlman, jika diproduksi massal, mungkin sama tidak sehatnya dengan makanan yang diproduksi massal di Amerika. Namun, Eropa memiliki akses ke makanan berkualitas lebih tinggi secara umum. Itu karena skala produksi massal lebih kecil, dan kebanyakan orang memiliki akses lebih besar ke petani kecil.
Sebagai solusi, Patten menyarankan agar masyarakat membeli telur langsung dari peternak atau pasar tradisional. Karena setidaknya, telur yang dikonsumsi tidak lama disimpan dalam lemari pendingin.