Catatan Helvy TR: Pak Sapardi, Terima Kasih untuk Segalanya
Helvy Tiana Rosa mengatakan karya-karya Sapardi punya tempat khusus di hatinya.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penulis novel Helvy Tiana Rosa menceritakan pengalamannya bisa mengenal sosok sastrawan besar Indonesia, Sapardi Djoko Damono (SDD) yang meninggal dunia, Ahad (19/7). Helvy mengenang Sapardi sebagai sastrawan sekaligus akademisi sastra. Helvy yang pernah menjadi mahasiswa Sapardi di Universitas Indonesia itu pun mengucapkan belasungkawa dan tak lupa menyampaikan terima kasih. Berikut catatan Helvy tentang Sapardi.
Sapardi Djoko Damono (SDD) adalah sastrawan sekaligus akademisi sastra. Ini perpaduan yang jarang ada dalam sastra Indonesia. Karya-karyanya punya tempat khusus di hati saya: indah, dalam, dengan metafor yang mendadak merangkul, bergelayut manja, atau menyergap saya sebagai pembaca. Ia menangkap semua dalam ruang batinnya yang memancar jauh sampai kepada kita.
Saya beruntung pernah menjadi mahasiswanya di UI. SDD dosen yang santai, “gaul” dengan mahasiswa. Semua yang beliau ajarkan nyangkut selamanya di otak saya.
Sapardi Djoko Damono (kiri) membahas buku karya Helvy Tiana Rosa (kanan) berjudul LElaki Kabut dan Boneka di Universitas Indonesia. Foto: Dokumentasi Pribadi Helvy Tiana Rosa.
Saat jadi mahasiswanya saya tak jarang beradu argumentasi dengan beliau. Nah, diibandingkan dengan mahasiswanya yang lain SDD juga lebih “keras” pada saya. Hal tersebut memacu saya untuk lebih banyak lagi membaca buku supaya diskusi kami di kelas lebih seru. Senangnya semua selalu kami akhiri dengan tawa dan tentu saja huruf A untuk saya di akhir semester.
SDD bilang ia menyukai buku saya yang pernah ia bedah: Lelaki Kabut dan Boneka (kini dicetak kembali dengan judul Juragan Haji, dengan tambahan kisah baru, diterbitkan Gramedia Pustaka Utama, 2020). “Tapi paling favorit Perempuan di Taman Hening,” katanya.
“Coba tulis sebagai puisi,” tantangnya lagi. Saya coba sarannya dengan menulis 'Vidiara' yang turut dibukukan dalam buku Mata Ketiga Cinta.
Saat Hujan Bulan Juni terbit sebagai novel, SDD mengirim bukunya pada saya, disertai tulisan menohok seperti yang sebelum-sebelumnya selalu ia lakukan untuk menyemangati saya: “Kapan selesai S3? Untuk Helvy Tiana Rosa.”
Selamat jalan, SDD. Terima kasih untuk segalanya. Muridmu ini akan terus belajar darimu. Dari puisi-puisi yang selama hidup tak pernah henti kau siasati.
Innalillaahi wa inna ilaihi raaji’uun.