Pola Akun Penyebar Klepon tak Islami: Posting, Viral, Hapus

Pola postingan serupa berlaku bertahun-tahun tujuannya untuk memancing keributan.

Dok Istimewa
Postingan kue klepon tidak Islam menghebohkan jagat maya, Selasa (21/7)
Rep: Muslim AR/Media Sosial Republika Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah unggahan foto dengan kata-kata atau lazim disebut meme, berjudul “Kue Klepon Tidak Islami” viral di Sosial Media. Pengguna sosial media ramai-ramai memparodikan, dan bahkan mengolok-olok agama Islam melalui meme tersebut. Meme tersebut awalnya tidaklah viral dan hanya berupa unggahan biasa di beberapa akun yang mempertanyakan keabsahan informasi dalam meme tersebut.

Namun, menjadi sangat viral saat beberapa akun media sosial dengan pengikut atau follower berjumlah banyak, mengunggah ulang meme itu. Pola sebaran ini dilacak oleh beberapa komunitas anti hoax selama bertahun-tahun, hasilnya pola sebaran itu selalu sama dan selalu dengan akun-akun mencantumkan olok-olok terhadap agama tertentu.

Meski tidak ditemukan jejak awal postingan, pengguna sosial media tetap membagikan meme tersebut. Olok-olok atas agama Islam dengan meme yang sumbernya tidak bisa dilacak kebenarannya ini diunggah oleh akun-akun dengan jumlah follower besar dan mempengaruhi banyak pengguna Internet. Di antaranya akun twitter @tretanmuslim @uusbiasaaja dan fanspage Facebook Denny Siregar.

Baca Juga




Dalam penelusuran Republika.co.id di sosial media, akun-akun yang membagikan postingan “Klepon Tidak Islami” adalah akun-akun pendukung salah satu presiden pada pemilu tahun lalu. Akun-akun yang berafiliasi kepada pilihan politik ini menjadi pemicu besarnya postingan “Klepon Islami” yang berisi olok-olokan terhadap ajaran Islam.

Sementara, data Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan jajanan tradisional kelepon atau klepon adalah makanan halal. Kejanggalan postingan “Klepon Islami” ini semakin jelas, saat beberapa jejak postingan sengaja dihapus oleh beberapa akun yang memposting meme tersebut.

Baca Juga: Fitnah Islam dalam Sepotong Klepon

Seperti temuan dari Komunitas Anti Hoax, Indonesian Hoaxes yang melakukan riset mendalam atas postingan yang viral tersebut. Adisyafitrah Ketua Komunitas Indonesian Hoxaes, menyebut postingan tersebut hanya klaim sepihak atas isu klepon yang sengaja dibuat dengan tujuan memancing keributan di media sosial.

“Ini bukan didasari dari sentimen politik, atau apa pun, namun hanya keisengan yang disalahgunakan untuk memancing keributan,” ujar Adisyafitrah pada Republika.co.id di Jakarta, Selasa (21/7).

Penelusuran Indonesian Hoaxes mendapati salah satu akun yang memposting foto “Klepon Islami” ini pada Senin (20/7/20) malam. Postingan ini diunggah oleh fanspage atau halaman Facebook, dengan username Erwin Rabbani II. Postingan itu diunggah pada pukul 20.31 WIB. Dalam postingan tersebut, dicantumkan caption “Ya Allah Ya Rabbi Ya Kareem!!! K-Dron Sejak kapan Makanan Punya Agama?”

Fanspage Erwin Rabbani II, adalah fanspage dengan muatan politik. Fanspage yang baru dibuat pada 30 April 2020 itu sudah diikuti oleh 1.700 orang lebih. Namun amplifikasi dari postingan itu dibagikan berulang secara masif oleh akun-akun yang senada dengan fanspage tersebut.



Postingan tentang “Klepon Islami” tersebut tidak ditemukan lagi, namun tangkapan layar dan arsip dari fanspage tersebut telah telah diambil Republika sebelum postingan tersebut dihapus. Saat Republika mencoba menghubungi fanspage tersebut melalui sambungan telepon, tidak ada jawaban, meski berkali-kali Republika mencoba menghubungi akun Erwin Rabbani tersebut di nomor telepon yang digunakan untuk mendaftarkan akun fanspage facebook tersebut.

“Saya juga sudah menyimpan jejak postingan tersebut, karena dugaan awal kami, postingan ini pasti akan dihapus,” jelas Adisyafitrah.

Baca Juga: Kue Klepon & Nasi Uduk: Makanan Syariah untuk Kaum Muslim?

Adisyafitrah dan komunitas Indonesia Hoaxes, serta beberapa komunitas anti-hoax lainnya mencatat,  pola sebaran seperti ini terus terjadi. Akun-akun penyabar pertama sengaja menghapus postingan tersebut, sehingga akun-akun yang mengamplifikasi meme atau konten yang mengolok-olok agama, keyakinan, ras dan pilihan politik bisa bebas dari tanggung jawab atas meme tersebut.

“Ini sudah bertahun-tahun, polanya selalu sama,” kata Adisyafitrah.

Polanya sebaran konten hoax tersebut berawal dari akun-akun kecil atau bahkan akun yang baru saja dibuat, lalu diposting konten tersebut, setelah itu dihapus, atau akun tersebut berganti nama dan menyetel privasi. Barulah akun-akun dengan pilihan politik tertentu dan beberapa akun di atas mengunggah ulang konten yang bernada rasis, olok-olok tersebut, sehingga memancing keributan di media sosial.

Meme “Klepon Islami” menjadi viral setelah akun-akun serupa Tretan Muslim dan Denny Siregar mengamplifikasinya dengan mengunggah ulangnya. Padahal dalam penelusuran Republika.co.id meme tersebut tidak mendapatkan atensi yang banyak saat akun-akun lain mengunggahnya, dan akun-akun tersebut sudah tidak aktif serta banyak postingan yang dihapus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler