Amazon Catat Laba Terbesar Sepanjang Sejarah
Pada masa pandemi Covid-19, amazon sudah mempekerjakan 175 ribu orang.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perusahaan internet terbesar Amazon.com Inc membukukan keuntungan terbesar dalam sejarahnya selama 26 tahun. Penjualan online dan bisnis dengan melibatkan merchant pihak ketiga ini melonjak selama masa pandemi Covid-19.
Seperti dilansir di Reuters, Jumat (31/7), perusahaan mencatat lonjakan 40 persen dibandingkan tahun sebelumnya menjadi 88,9 miliar dolar AS. Saham Amazon naik lima persen setelah perdagangan dibuka.
Pada masa pandemi Covid-19, amazon sudah mempekerjakan 175 ribu orang dan mengalami peningkatan permintaan. Situasi ini kontras dengan pengecer lain yang harus menutup toko selama lockdown.
Amazon sendiri telah memperkirakan akan kehilangan uang pada kuartal kedua yang baru saja berakhir. Sebab, perusahaan harus menghabiskan sekitar 4 miliar dolar AS untuk membeli peralatan perlindungan staf dan pengeluaran lain yang terkait dengan Covid-19.
Jeff Bezos, pendiri Amazon pada Juli 1994 yang kini menjadi orang terkaya di dunia, menyebutkan, kuartal kedua merupakan momentum yang tidak biasa. Tapi, nyatanya, perusahaan masih menghasilkan 5,2 miliar dolar AS atau dua kali lipat laba bersih dari tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun ini, saham Amazon telah meningkat lebih dari 60 persen. Realisasi ini menambah kekayaan Bezos sebagai pemegang saham terbesarnya.
Analis senior di Investing.com, Jesse Cohen, mengatakan, model bisnis Amazon membuatnya semakin mendominasi e-commerce. Bahkan, dominasinya lebih luas seiring dengan pandemi Covid-19 global yang terus meningkat.
Pada kuartal kedua, penjualan toko online melonjak 48 persen menjadi 45,9 miliar dolar AS. Di sisi lain, para pedagang juga membayar Amazon lebih banyak untuk memenuhi dan mensponsori produk mereka untuk lebih bisa menjangkau pelanggan. Ini membuat pendapatan Amazon 52 persen dan 41 persen dari pendapatan layanan penjual dan pendapatan lainnya, seperti dari iklan.
Direktur Keuangan Amazon Brian Olsavsky mengatakan kepada wartawan, keuntungan yang terlalu besar ini mengejutkan perusahaan. Sebab, pada saat mengeluarkan proyeksi kuartal terakhir, pembeli banyak membeli produk dengan margin yang lebih rendah.
Olsavsky mengatakan, semua orang mencari masker, sarung tangan dan bahan makanan online. perpaduan barang ini tidak menguntungkan bagi perusahaan. "Tapi, kami mengirimkan barang lebih banyak dari yang diduga sebelumnya," katanya.
Olsavsky menyebutkan, tingkat penjualan grocery meningkat tiga kali lipat dari tahun ke tahun. Jam video streaming di seluruh dunia juga berlipat ganda.
Amazon juga membukukan laba operasi yang jarang terjadi dalam bisnis internasionalnya, yang oleh Olsavsky dikaitkan dengan peningkatan pengeluaran pelanggan di Eropa dan Jepang selama pandemi.
Layanan cloud Amazon juga mengalami permintaan lebih tinggi karena perusahaan beralih ke kantor virtual pada pandemi. Pendapatan dari Amazon Web Services (AWS) yang menjual penyimpanan data dan daya komputasi di cloud, naik hampir 29 persen menjadi 10,81 miliar dolar AS.
Tapi, nilai tersebut masih jauh dari perkiraan analis sebesar 10,95 miliar dolar AS, menurut data IBES dari Refinitiv. Sementara itu, bisnis cloud dari rivalnya, Alphabet Inc Google, naik lebih dari 43 persen setiap tahun.
Analis teknologi Patrick Moorhead mengatakan, AWS akan terus tumbuh meskipun pada tingkat yang lebih lambat dibandingkan kuartal terakhir.
Perusahaan memperkirakan penjualan bersih dari 87 miliar dolar AS menjadi 93 miliar dolar AS pada kuartal ketiga, melebihi 86,34 miliar dolar AS, menurut data IBES.