Temukan Obat Corona? Harus Didaftarkan di Komite Etik

Tidak bisa tiba-tiba mengklaim menemukan obat, karena ada prosedurnya.

Anadolu/Eko Siswono Toyudho
Para peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melakukan proses ekstraksi saat uji laboratorium penemuan obat herbal untuk penyembuhan COVID-19 dan penghambatan pertumbuhan virus corona di Pusat Penelitian Kimia LIPI di Banten, Indonesia pada Jumat 8 Mei 2020.
Rep: Rr Laeny Sulistyawati Red: Andi Nur Aminah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menemukan obat untuk mengobati virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) tidaklah mudah dan butuh proses panjang. Kemudian ketika mengklaim menemukannya juga harus didaftarkan terlebih dahulu di Komite Etik yang berada di bawah Kementerian Kesehatan (Kemenkes) untuk diteliti.

Baca Juga


Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi/BRIN Ali Ghufron Mukti mengatakan, penemuan sebuah obat membutuhkan proses yang panjang. Selain itu, ia menegaskan masalah ini sangat mempertimbangkan keamanan hingga privasi.

"Oleh karena itu, orang ketika akan melakukan penelitian harus menyusun proposal terlebih dahulu dan kemudian proposal ini dilihat oleh komite etik di bawah Keputusan Menteri Kesehatan nomor 240 tahun 2016 tentang Komisi Etika Penelitian Kesehatan. Kemudian harus lulus dan mendapatkan ethical clearance," ujarnya saat bicara di konferensi virtual Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertema Etika Jabatan Akademik dan Penemuan Obat Covid-19, Kamis (6/8).

Sehingga, ia menyebut sistem penelitian sekarang lebih terstruktur. Bahkan, dia melanjutkan, hampir setiap fakultas kedokteran (FK) di universitas yang besar atau ternama pasti memiliki komite etik yang nanti bisa mengurus masalah ini. "Jadi tidak bisa tiba-tiba mengklaim menemukan obat. Tidak seperti itu, karena ada prosedurnya," katanya.

Terkait testimoni orang yang sembuh ketika meminum obat, ia membantahnya. Menurutnya, bisa saja klaim itu tidak benar dan hanya jadi sugesti. Sebab, ia menegaskan jika daya tahan tubuh seseorang bagus maka tidak perlu mengonsumsi apapun dan mampu mengalahkan virus ini. Jadi, ia menegaskan efektivitas obat yang diklaim bisa menyembuhkan Covid-19 harus diteliti terlebih dahulu apakah memang benar atau hanya kebetulan.

Cek Typo

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler