Peneliti Sebut Pakai Buff untuk Gantikan Masker Berbahaya

Buff dinilai tak efektif mencegah penyebaran virus karena terlalu tipis.

flickr
Penggunaan neck gaiter (ilustrasi)
Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seiring meningkatnya kasus COVID-19 di seluruh dunia, pemangku kebijakan serta para tenaga medis terus menerus mengimbau masyarakat untuk selalu mengenakan masker. Namun dengan beredarnya berbagai macam jenis masker, maka para peneliti dari Duke University menguji masing-masing keampuhan setiap jenis masker dalam mencegah penularan COVID-19.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa masker kain yang terbuat dari katun memiliki efektifitas serupa dengan masker medis pada umumnya. Sementara neck gaiter atau buff kemungkinan justru lebih berbahaya daripada tidak memakai masker sama sekali.

Neck gaiter atau buff kini menjadi alternatif populer di kalangan kaum muda yang ingin tetap bergaya dengan masker. Namun pada umumnya buff terbuat dari bahan yang tipis dan material yang elastis. Hal ini mengakibatkan buff tidak efektif untuk mencegah penyebaran virus.

Salah satu profesor sekaligus ahli fisika, kimia, biomedis dan radiologi dari Duke University, Warren S. Warren, mengatakan bahwa masker N95 merupakan jenis masker yang paling efektif untuk menangkal penyebaran virus melalui mulut dan hidung.

"Tidak akan ada droplet yang menembus masker baik dari mulut Anda ataupun dari orang lain," kata Warren seperti dikutip dari Washington Post.

Sementara itu neck gaiter atau buff masuk ke dalam kategori jenis masker terburuk.

"Neck gaiter memang sering digunakan orang karena nyaman untuk dikenakan. Namun itulah alasan utama kenapa menjadi sangat berbahaya, karena jenis bahan neck gaiter sangat tipis dan mudah menyerap udara serta air, sehingga sama sekali tidak membantu pencegahan," jelas Warren.

Baca Juga


sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler