Ketika Para Raja Duduk di Hadapan Sufi

Wajah tenang para sufi memancarkan aura keilahian.

Republika/ Yasin Habibi
Ketika Para Raja Duduk di Hadapan Sufi. Jamaah melakukan Tarian Sufi (Darvis Whirling Dance). Ilustrasi.
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Maulana Jalaluddin Rumi dalam Matsnawi-nya menjabarkan gambaran menarik bagaimana para raja duduk di hadapan sufi. Keduanya—baik sufi maupun raja—memiliki dua pendekatan yang berbeda ketika saling duduk berhadapan.

Baca Juga


Adalah kebiasaan para raja untuk memiliki pelindung (penjaga/pengawal) di sisi kiri mereka. Sedangkan di sisi kanan, biasanya selalu diisi dengan sekretaris atau orang kepercayaan. Namun, ketika sufi duduk di hadapan raja, maka yang terpancar kepada mereka adalah rasa takut kepada Allah.

Wajah tenang para sufi memancarkan aura keilahian yang membuat siapa pun insan—termasuk raja—akan merasa malu atas kebesaran Allah SWT. Wajah para sufi diibaratkan sebagai penggosok jiwa dan pengobar rasa takut serta malu di dalam hari manusia.

Jika sufi tenang menatap siapa pun, termasuk raja, hal itu dikarenakan baginya tidak ada hal paling penting selain bercumbu dengan Allah. Mendekatkan diri, berjalan bersama, dan juga menghindari diri dari hal-hal yang cenderung merugikan ibadah.

Sedangkan para raja, di balik sikap kepemimpinan dan kekuatan politiknya, ia merasa malu hanya di hadapan para sufi. Rasa malu dan takut kepada Allah terpancarkan dengan jelas ketika raja duduk berhadapan dengan sufi. Namun tak jarang juga, kata Rumi, para raja merasa tercerahkan atas itu.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler