Penyebaran Covid-19 klaster Industri, RK: Ini Masalah Serius

Pola perilaku sepulang kerja dari tempat industri, kurang terkontrol.

Antara/Fakhri Hermansyah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kanan) meninjau kegiatan rapid test atau tes cepat di pabrik Suzuki, Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jum
Rep: Uji Sukma Medianti Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sowan ke pabrik Suzuki di kawasan Delta Mas, Cikarang. Kegiatan gubernur ini untuk menindaklanjuti banyaknya klaster industri di Karawang dan Kabupaten Bekasi. 


Dalam lawatannya itu, Kang Emil sapaan akrabnya, mengatakan, kalau penyebaran Covid-19 di klaster industri menjadi masalah serius.  "(Kita) melakukan koordinasi beberapa bulan pertama, klaster di industri ini ternyata sangat serius ya," kata Ridwan Kamil melalui video streaming saat menggelar konferensi pers di Kantor Pemkab Bekasi, Jumat (4/9).

Pihaknya mengaku, akan melakukan konsolidasi semua sumber daya di Provinsi Jabar dalam dua pekan ke depan untuk Karawang dan Bekasi.

Dikatakan Emil, setelah meninjau ke lapangan, protokol kesehatan yang diterapkan di perusahaan sudah sangat baik. Sehingga, menjadi pertanyaan besar kenapa masih bisa muncul klaster di pabrik-pabrik.

"Salah satu kesimpulannya adalah pola perilaku sepulang kerja dari tempat industri yang sudah ketat protokol kesehatannya itu yang kurang termonitor," tutur dia.

Untuk itu, mantan Wali Kota Bandung ini menugaskan, seluruh gugus tugas untuk turun ke pabrik-pabrik dan mendata semua karyawan di kawasan industri yang bekerja setiap pagi.

"Jadi setiap pagi absen dan mengisi dia kemana saja sepulang kerja sehingga bisa diawasi gampang," terangnya.

Emil mengimbau, perusahaan untuk memperbaiki ruang-ruang yang tak berventilasi. Terutama, dia meminta, untuk tidak ada lagi ruang rokok.

"Hasil temuan kita merokok bersama terjadi juga penularan, nah itu arahan teknis dari sisi pemilik industri," ungkapnya.

Dia menambahkan, setiap ada penularan, karyawan wajib langsung melakukan work from home, namun tidak harus ditutup kawasannya. Cukup tempat terjadinya penularan saja yang ditutup. 

"Dua minggu akan kita monitor, mudah mudahan hasil koordinasi dengan pemilik industri para pengusaha bisa menghasilkan keterpaparan yang turun, kita liat minggu depan," ujar dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler