Tafsir Surat Al-Fatihah Kiai Sholeh Darat Ilhami Kartini

Kartini terilhami tafsir surat Al-Fatihah yang disampaikan Kiai Sholeh Darat.

ANTARA FOTO
Kartini terilhami tafsir surat Al-Fatihah yang disampaikan Kiai Sholeh Darat. Wisatawan mengunjungi Museum RA Kartini di jalan Alun-alun Kota Jepara, Jawa Tengah. Ilustrai
Rep: Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kiai Sholeh Darat (1820-1903) merupakan ulama asal Semarang yang sangat dihormati umat Islam Indonesia. 

Baca Juga


Salah satu muridnya yang terkenal adalah Raden Ajeng Kartini.Seperti dijelaskan dalam buku “99 Kiai Kharismatik Indonesia: Riwayat, Perjuangan, Doa dan Hizib”, saat Kartini mempelajari ajakan Islam Kiai Sholeh Darat memiliki agenda rutin mengisi ceramah keliling ke beberapa keluarga besar bangsawan di beberapa kabupaten di pantai utara Jawa.

Sampai suatu ketika, Kartini berkunjung ke rumah pamannya, seorang Bupati Demak. Saat itu, sedang berlangsung pengajian bulanan khusus untuk anggota keluarga. Kartini pun ikut mendengarkan pengajian bersama para Raden Ayu yang lain dari balik hijab atau tirai.

Saat Kiai Sholeh Darat memberikan ceramah tentang tafsir al-Fatihah, Kartini tertegun. Sepanjang pengajian, Kartini seakan tak sempat memalingkan mata dari sosok Kiai Sholeh Darat, dan telinganya menangkap kata demi kata yang disampaikan Sang Ulama. 

Ketertegunan Kartini tersebut dapat dimaklumi karena selama ini Kartini hanya mampu membaca al-Fatihah saja, tanpa pernah mengetahui makna firman Allah tersebut. Namun, setelah mendengarkan penjelasan Kiai Sholeh Darat, Kartini  merasa tercerahkan.

Kiai Sholeh Darat mampu menerjemahkan sekaligus menafsirkan surat al-Fatihah secara gamblang menggunakan bahasa Jawa, sehingga mudah dipahami Kartini yang saat itu masih awam terhadap ajaran agama Islam. Selepas pengajian, Kartini pun meminta tolong pamannya agar bersedia menemaninya untuk menemui Kiai Sholeh Darat.

Kartini kemudian berkata kepada Kiai Sholeh Dharat, “Saya merasa perlu menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Romo Kiai. Saya bersyukur yang sebesar-besar kepada Allah SWT atas keberanian Romo Kiai menerjemahkan surat al-Fatihah ke dalam bahasa Jawa, sehingga mudah dipahami dan dihayati oleh masyarakat awam, seperti saya. Kiai lain tidak berani berbuat seperti itu, sebab kata mereka Alquran tidak boleh diterjemahkan ke dalam bahasa lain, atau bahasa Jawa.”

Lebih lanjut, Kartini menjelaskan, “Selama ini surat al-Fatihah gelap bagi saya. Saya tidak mengerti sedikit pun akan maknanya, tetapi sejak hari ini ia menjadi terang benderang sampai kepada makna yang tersirat sekali pun, karena Romo Kiai menjelaskannya dalam bahasa Jawa yang saya pahami.”

Sejak saat itu, Kartini pun beberapa kali mengikuti pengajian tafsir Kiai Sholeh Darat. Dalam salah satu pengajian Kiai Sholeh Darat, secara tersirat Kartini juga memohon gurunya itu agar menerjemahkan Alquran ke dalam bahasa Jawa. Karena, bagi Kartini, tidak ada gunanya membacakitab suci yang tidak diketahui artinya. 

Meskipun saat itu Belanda melarang penerjemahan Alquran, Kiai Sholeh Darat tidak kehabisan akal. Kiai Sholeh Darat menerjamahkan Alquran dengan ditulis dalam bahasa arab gundul tetapi berbahasa Jawa (pegon), sehingga tidak dicurigai penjajah Belanda.

Kitab tafsir dan terjemahan Alquran tersebut kemudian diberi nama Kitab Tafsir Faid ar-Rahman, tafsir pertama di Nusantara yang ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab. Setelah selesai dicetak, Kiai Sholeh Darat memberikan hadiah kitab tafsir ini kepada Kartini dalam acaratasyakuran pernikahannya dengan RM Joyodiningrat, seorang Bupati Rembang.  

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler