Masker Lima Lapis Disiapkan Satgas untuk Hadapi Pandemi

Masker tersebut sudah diuji di Jerman.

Dok. Kat
Webinar Teknologi Baru Masker Melawan Covid-19 yang diselenggarakan Katadata, Rabu (9/9).
Red: Gilang Akbar Prambadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Juru bicara Satgas Nasional Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, satgas sudah menyiapkan masker dengan teknologi baru yang lebih efektif mencegah masuknya virus Covid-19 ke tubuh manusia.


Masker tersebut menggunakam kain lima lapis yang diproduksi di Indonesia dan sudah diuji coba di Jerman. 

“Masker ini mempunyai kemampuan filtrasi setara masker bedah. Proses penyaringan virus mencapai 88 persen dan penyaringan bakteri 99 persen. Masker ini berbahan baku utama polyester dengan teknologi antibakteri pada setiap benang. Meski lima lapis, namun pemakai masker ini tidak akan kesulitan untuk bernapas,” kata Wiku dalam webinar Teknologi Baru Masker Melawan Covid-19 yang diselenggarakan Katadata, Rabu (9/9).

Wiku menambahkan, masker bedah menyaring 80-90 persen virus dan 95-98 persen bakteri. Menurut dia, masker lima lapis ini dibuat dengan teknologi inovatif sehingga dapat menyaring dan mengikat partikel hingga seukuran virus dengan tingkat kemampuan untuk bernapas yang baik.

“Rencananya Satgas akan segera membagikan masker lima lapis ini kepada masyarakat. Diharapkan, pembuatan masker lima lapis ini juga bisa menggerakkan UMKM agar bisa membuat hal yang sama,” jelasnya.

Inisiator dan Ketua Umum Gerakan Pakai Masker Sigit Pramono mengatakan, masker menjadi satu-satunya senjata untuk melawan Covid-19 selama vaksin belum berhasil dibuat. 

Namun, kata dia, bukan tugas yang mudah untuk mengedukasi masyarakat untuk mau memakai masker. Gerakan Pakai Masker yang merupakan inisiasi sejumlah relawan dari kalangan profesional sudah melakukan sosialisasi penggunaan masker ke sejumlah tempat antara lain pesantren, pasar rakyat dan tenpat wisata.

“Kami sudah mendatangi 9.200 pasar di seluruh Indonesia dan 44 ribu pesantren. Tapi memang tidak mudah, masih banyak yang belum disiplin. Yang kami lakukan bukan meminta orang untuk memakai masker saja tetapi melakukan Gerakan perubahan perilaku,” ujar Sigit.

Gerakan Pakai Masker juga mendatangi sejumlah tempat pariwisata untuk mengingatkan tentang pentingnya pakai masker. Sigit mengatakan, GPM menasihati para pelaku pariwisata agar pakai masker agar tidak terjadi kluster Covid-19. Karena, apabila terjadi kluster baru maka otomatis tempat wisata tersebut akan langsung ditutup.

Sigit juga mengusulkan pembentukan Satgas Penanganan Wabah Covid-19 Jakarta Metro Raya. Menurut dia, manajemen penanganan pandemi harus diubah dan menggunakan pendekatann batas wilayah pemerintahan ke pendekatan kota raya dan berdasarkan pergerakan manusia yang ada di kota tersebut.

“Virus tidak mengenal batas imajiner yang diciptakan oleh manusia yang disebut batas wilayah pemerintahan. Virus mengikuti pergerakan manusia. Karena itu perlu dibentuk Satgas Jakarta Metro Raya yang akan menangani 32 juta penduduk. Karena sebagian besar yang beraktivitas di Jakarta tinggal di kota sekitarnya yaitu  Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi,” ujarnya.

Sigit menambahkan, pengendalian Covid-19 di Jakarta Metro Raya tergantung pada bagaimana bisa mengendalikan pergerakan manusia di kawasan ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler