Pulang Berhaji tapi tidak Mencerminkan Seorang Haji?
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Ustadz Das'ad Latief tak menampik jika masih ada banyak jamaah yang pulang dari tanah suci, namun tidak mencerminkan perilaku orang yang telah berhaji. Menurut dia, hal itu dikarenakan tidak ada wujud konkrit dari niat dan pelaksanaan haji yang telah dilakukannya.
‘’Sebab, haji mabrur itu bukan hanya tentang jamaah lima waktu dan ngaji tiap waktu di masjid saja,’’ ujar dia dalam webinar rindu ke baitullah yang dilaksanakan Mandiri Syariah, Jumat (11/9).
Dosen di Universitas Hasanuddin itu menjelaskan, ibadah lima waktu dan mengaji di masjid saat berhaji, tidak menjamin mabrurnya ibadah haji. Menurutnya, ibadah itu memang sudah sepantasnya dilakukan di masjid dan tempat lainnya, sehingga tidak menjadi patokan tetap.
‘’Haji mabrur itu adalah setelah pulang berhaji, di mana dirinya mengaplikasikan niat dan perilaku serta makna ketika berhaji dari tanah suci setelah pulang,’’ katanya.
Dia menegaskan, ibadah sesungguhnya adalah ketika selesai melakukan ibadah haji. Ketika ditanya bagaimana cara melakukannya, Ustadz Das’ad menyebut bahwa tata cara, niat, kebiasaan saat berhaji hingga makna berhaji menjadi poin inti. Dia mencontohkan, ketika jamaah haji melakukan shalat lima waktu di masjid, kebiasaan itu harus dilakukan terus menerus ketika pulang dari tanah suci.
Sambung dia, ketika menggunakan ihram di tanah suci, nilai dan makna dari kegiatan itu juga perlu ditekankan ketika pulang berhaji. ‘’Kita pergi pakai ihram, apa wujud konkritnya? ihram itu pakaian untuk menghilangkan kesombongan, kalau pulang ke tanah air maka harus hilang juga sifat sombongnya,’’ ucapnya.
Begitupun dengan niat dan tata cara syai yang dilakukan. Menurutnya, hal itu menggambarkan optimisme, dan harus dibawa pulang serta dilaksanakan selepas berhaji.
‘’Niat tentu tidak cukup diucapkan, tapi juga dipraktikan. Semua tata cara dan ritual pelaksanaan ibadah haji harus kita aplikasikan sehari-hari. Dan itu hanya akan terwujud jika kita tahu ilmunya.’’ ungkap dia.