Rusia Kembangkan Rudal Nuklir dengan Jangkauan Global
Saat ini Rusia sedang mengembangkan rudal jelajah Burevestnik bertenaga nuklir
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Kepala Intelijen Pertahanan Inggris Letnan Jenderal Jim Hockenhull mengatakan saat ini Rusia sedang mengembangkan rudal jelajah Burevestnik bertenaga nuklir. Dia menyebut rudal tersebut dapat berada di atmosfer selama beberapa tahun jika perlu dan dapat menimbulkan ancaman kapan saja.
"Moskow sedang menguji sistem rudal jelajah bertenaga nuklir sub-sonik yang memiliki jangkauan global dan akan memungkinkan serangan dari arah yang tidak terduga," kata Hockenhull dalam jumpa pers di pusat intelijen Five Eyes, seperti dikutip oleh surat kabar Inggris Sunday Telegraph.
Menurut Hockenhull, rudal Burevestnik memiliki "waktu berkeliaran" yang hampir tidak terbatas. Dengan investasi yang digelontorkan pada kemampuan kapal selam dan pelayarannya, Rusia dianggap memiliki kemampuan untuk menyerang infrastruktur militer serta sipil.
"Kemampuan ini bersama-sama memungkinkan Rusia untuk menahan Inggris dan infrastruktur sipil dan militer sekutunya dalam risiko serangan langsung, baik dengan bahan peledak konvensional maupun senjata nuklir, membatasi opsi atau meningkatkan taruhan selama masa krisis," kata Hockenhull.
Rudal 9M730 Burevestnik adalah satu dari enam senjata strategis baru yang diluncurkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Maret 2018. Putin dikabarkan menyebut Burevestnik sebagai "persenjataan baru yang radikal dengan jangkauan dan kemampuan manuver tidak terbatas".
Rusia dilaporkan telah menguji Burevestnik dari Kapustin Yar pada Januari lalu. Situs web Diplomat, menggali informasi dari sumber-sumber anonim di pemerintahan AS yang mengetahui tentang uji coba tersebut. Mereka menggambarkan pengujian Rusia "cukup berhasil".
Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebut Burevestnik dengan istilah "Skyfall". Rudal tersebut diprediksi siap dioperasikan pada 2025.
Buruvestnik akan memiliki kemampuan untuk terbang mengelilingi bumi selama bertahun-tahun dan menembakkan nuklir kapan saja. Para ahli mengatakan ini akan memaksa Amerika Serikat (AS) untuk meningkatkan jaringan pertahanan udaranya.