Terbaru, Ini Pandangan WHO Soal Penutupan Sekolah
WHO menyebut penutupan sekolah seharusnya hanya di daerah tingkat penularan tinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Selasa (15/9) mengatakan, penutupan sekolah seharusnya menjadi upaya terakhir dalam penanganan pandemi Covid-19. Sebab, penutupan sekolah bisa berdampak parah bagi anak-anak, kaum muda, dan masyarakat.
Penutupan sekolah, menurut WHO, seharusnya juga dilakukan hanya sementara dan secara lokal di daerah-daerah yang tingkat penularannya tinggi. Selagi sekolah ditutup, anak-anak tetap harus mendapatkan pembelajaran.
Waktu penutupan sekolah, menurut WHO, harus dimanfaatkan untuk mencegah dan merespons transmisi Covid-19 demi keamanan pembukaan sekolah nantinya. Upaya untuk membuat sekolah menjadi tempat yang aman merupakan kerja bersama.
"Data yang kami miliki menunjukkan bahwa kurang dari 10 persen kasus yang dilaporkan dan kurang dari 0,2 persen kematian terjadi pada orang di bawah usia 20 tahun," kata Dirjen WHO Tedros Ghebreyesus berbicara dalam webinar daring bersama Unesco dan Unicef membahas pertimbangan untuk langkah kesehatan publik terkait sekolah dalam menangani pandemi.
Meski demikian, diperlukan riset lebih lanjut mengenai faktor yang meningkatkan risiko penyakit Covid-19 parah dan kematian di kalangan anak-anak dan remaja. Tedros mengatakan, sejak awal pandemi virus corona muncul, pemahaman bagaimana virus berdampak pada anak-anak menjadi prioritas.
Sembilan bulan setelah pandemi mengguncang, masih ada pertanyaan mengenai hal itu. Akan tetapi, WHO mulai mempunyai gambaran yang lebih jelas.
"Kita tahu bahwa anak-anak dan remaja dapat tertular dan dapat menulari orang lain. Kita tahu bahwa virus ini dapat membunuh akan-anak, tetapi anak-anak cenderung mengalami infeksi yang lebih ringan, dan sangat sedikit kasus parah dan kematian Covid-19 di kalangan anak-anak dan remaja," kata Tedros.
Potensi efek jangka panjang bagi kaum muda yang terinfeksi masih belum jelas. Kendati anak-anak sebagian besar lolos dari banyak dampak kesehatan terparah akibat Covid-19, mereka menderita dengan cara lain.
Di banyak negara, layanan penting untuk nutrisi dan imunisasi terganggu, dengan jutaan anak ketinggalan sekolah selama berbulan-bulan. Tentunya, WHO ingin anak-anak kembali ke sekolah, namun ada tindakan yang memastikan pembukaan sekolah akan aman untuk semua.
"Kami semua ingin melihat anak-anak kembali ke sekolah, dan kami semua ingin memastikan bahwa sekolah merupakan lingkungan belajar yang aman dan kondusif sebagaimana mestinya," ucap Tedros.
Lebih lanjut, WHO menyebut, orang dewasa harus merenungkan bahwa perilaku mereka akan memengaruhi kesempatan anak untuk bisa masuk sekolah, demikian peringatan dari pakar kesehatan global. Mereka juga diminta untuk memikirkan mana yang lebih penting, sekolah buka atau tempat hiburan buka.
Di Eropa, laju infeksi akan meningkat pada musim dingin, ketika orang-orang kembali beraktivitas lebih banyak di dalam ruangan. Dr Michael Ryan, direktur eksekutif Health Emergencies Program Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa ada dua prioritas yang telah menjadi kesepakatan global, yakni melindungi lansia dan populasi rentan sebagai kelompok yang paling berisiko serta memastikan kelangsungan pendidikan anak.
"Agar kita bisa menjunjung dua prinsip ini, yakni melindungi kelompok rentan dari kematian dan membuat anak-anak kembali ke sekolah, orang dewasa harus berusaha menekan laju transmisi Covid-19 dengan menghindari berkerumun," ujan Ryan dalam press briefing WHO pada Selasa.