Selain Penyembelihan, Membangun Ka'bah Menjadi Ikon Ibrahim
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Selain peristiwa penyembelihan Ismail oleh Nabi Ibrahim yang menjadi ikon sejarah dari Nabi Ibrahim adalah pada peristiwa pembangunan Ka'bah. Nabi Ibrahim diperintahkan Allah membangun Ka'bah diabadikan dalam surat Al-Baqarah ayat 127.
Di dalam surat ini juga Nabi Ibrahim berdoa agar apa yang telah dikerjakannya diterima Allah SWT. Perintah meninggikan kabah menjadi peristiwa-istimewa yang diterima Ibrahim. "Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan fondasi Baitullah bersama Ismail seraya berdoa, "Ya Tuhan kami terimalah amal dari kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar Maha Mengetahui."
Dr M Shaleh Putuhena dalam bukunya "Historiografi Haji Indonesia" Ibrahim memang sengaja diperintahkan oleh Allah untuk pindah ke Makkah guna mengemban misi membangun kembali Ka'bah yang telah runtuh dengan bantuan putranya Ismail. Ibrahim membangun kembali Ka'bah dan meninggikannya dari ukuran semula.
Salah satu tempat berdiri Nabi Ibrahim ketika membangun Ka'bah diberi nama makom Ibrahim yang sedang dibuatkan bangunan khusus dengan jarak 15.40 meter dari dinding Ka'bah sebelah timur. "Bangun itu dinamakan Ka'bah karena bentuknya yang tinggi dan segi empat," katanya.
Menurut Shaleh, tidak terdapat informasi tentang luas bangunan yang dibangun oleh Ibrahim tersebut, akan tetapi karena bangunan itu bersifat sakral, kemungkinan ukurannya tidak mengalami perubahan, kecuali atas perintah Allah. Akan tetapi, pembangunan Ka'bah yang juga disebut 'Bait al Atiq' sudah Nabi Ibrahim dikerjakan bukan oleh seorang Nabi, ke mungkin ukurannya sedikit mengalami perubahan. "Boleh jadi bentuk ukuran Kabah yang termasuk unik," katanya.
Panjang dinding Ka'bah atau pintunya berukuran 12 meter dengan panjang kedua sisinya masing-masing 10.1 meter dan tinggi 16 meter. Dinding-dinding Ka'bah membujur di sebelah barat laut, timur laut, barat daya dan tenggara, sehingga masing-masing sudutnya mengarah ke empat penjuru mata angin.
Setelah pembangunan Ka'bah selesai dikerjakan, Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyeru kepada umat manusia guna melaksanakan ibadah haji. Sebelumnya dengan tuntunan Allah Ibrahim bersama putranya Ismail, telah terlebih dahulu melaksanakan haji.
Mereka berdua memulai haji dengan melaksanakan tawaf berjalan mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh putaran. Pada setiap putaran mereka mengusap setiap 'rukn' (sudut Ka'bah).
Selesai tawaf mereka melaksanakan sholat di balik Makom Ibrahim dan kemudian melakukan lari-lari kecil antara bukit Safa dan Marwah. Setelah itu, Ibrahim dan Ismail, atas petunjuk juga ini berangkat ke Mina untuk melempar jumroh dan kemudian dilanjutkan dengan kunjungan ke Arafah.
Menurut sumber Islam dan sumber Kristen Ibrahim adalah putra Terakh, keturunan Sam bin Nuh. Kehidupan masa kecilnya tidak diketahui dengan jelas ketika setelah dewasa, Ibrahim bersama Sarah istrinya, meninggalkan tanah leluhurnya di Mesopotamia untuk tinggal di Haram.
Atas perintah Allah, Ibrahim kemudian pindah ke tanah Kanan, boleh jadi 'haran' itulah ia mulai menerima wahyu dari Allah dan menemu memulai risalah kenabiannya. Di Kanan Nabi Ibrahim menghidupi keluarga dengan anak kambing dan biri-biri. Ia menggembala sampai ke Palestina. "Ia juga pernah menyeberang ke Mesir, namun karena diusir ia pun akhirnya kembali ke kanan," katanya.
Selama berdiam di Kanan, Ibrahim pernah mengalami suatu peperangan antara penguasa di daerah itu. Oleh karena dalam peperangan itu salah seorang anak saudaranya ditawan maka Ibrahim dan pengikutnya akhirnya terlibat dalam peperangan itu dan keluar sebagai pemenang.
Nabi Ibrahim yang telah dijanjikan oleh Allah sebagai sumber dari suatu bangsa yang besar, ternyata belum juga dikaruniai putra meskipun ia berusia perkawinannya dengan Sarah sudah cukup lama. Mungkin karena itu, atas permintaan Sarah yang sudah uzur, Ibrahim akhirnya menikah lagi dengan Hajar, dari perkawinan itu lahirlah seorang putri yang bernama Ismail.
Di kemudian hari, Ismail ternyata menjadi leluhur dari bani Ismail suatu suku yang mendiami jazirah Arab bagian utara. Setelah Ismail dilahirkan, barulah salah yang sudah terlalu tua memperoleh putra, dengan kuasa Allah melainkan seorang putra yang diberi nama Ishak. "Anak kedua Ibrahim inilah yang kemudian menjadi leluhur bagi Bani Israil," katanya.
Ketika salah satu di antara kedua putranya itu sedang tumbuh dan menggembirakan kedua orang tuanya, Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Dalam Alquran tidak terdapat informasi tentang siapa dari kedua putranya yang diperintahkan untuk disembelih menurut tradisi umat Islam yang dijadikan kurban adalah Ismail, sedangkan menurut tradisi Kristen yang akan dijadikan kurban adalah Ishak. "Akan tetapi, putra Ibrahim itu tidak dikurbankan karena diganti dengan seekor binatang kurban yang besar," katanya.
Dari situlah Islam menjadikan peristiwa itu sebagai suatu tradisi penyembelihan binatang kurban pada setiap hari raya idul Adha. Pada tahap berikutnya, Ibrahim diperintahkan oleh Allah untuk hijrah ke Makkah bersama istri dan putranya. Ketika itu, maka yang merupakan daerah yang tandus, belum berpenghuni.
Keluarga Ibrahim tinggal di sekitar bangunan Ka'bah yang pernah dibangun oleh Nabi Adam ketika di tempat itulah Ibrahim berdoa kepada Allah agar anak cucunya taat melaksanakan sholat dipertautkan hati manusia dengan anak cucunya, dicurahkan kepada mereka rezeki, dan dijadikan mereka bagian dari orang yang pandai bersyukur.