Sidebar

Istana Dulber Peninggalan Kekaisaran Tsar Rusia

Wednesday, 16 Sep 2020 21:38 WIB
Istana Dulber Peninggalan Kekaisaran Tsar Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di Semenanjung Krimea banyak berdiri kokoh bangunan berarsitektur Islam. Bangunan-bangunan tersebut merangkum sejarah panjang ketika kawasan itu berada pada era Khanate di bawah Turki Ottoman dan pemerintahan Taurida Oblast, Kekaisaran Tsar Rusia.


Uniknya, ada beberapa istana megah pada era Kekaisaran Tsar Rusia yang sangat kental dengan gaya arsitektur Islamnya. Istana Dulber termasuk di antaranya.

Istana Dulber dibangun pada era Tsar Rusia mengusir dan mengalahkan Islam yang saat itu direpresentasikan Turki Ottoman. Istana Dulber merupakan karya arsitektur yang diperuntukkan bagi Grand Duke Peter Nikolaevich Romanov atau paman dari Tsar terakhir Nikolai II.

Dibangun pada pengujung abad ke-19, antara 1895 hingga 1897, istana ini merupakan salah satu bangunan terindah di pantai selatan wilayah Yalta, Semenanjung Krimea. Istana ini dirancang dengan gaya pseudo Moorish (disebut juga gaya Moor baru) oleh Grand Duke Peter Nikolaevich Romanov sendiri dengan bantuan penyempurnaan arsitek dari Yalta, Nikolai Krasnov.

Selain mantan militer, Grand Duke Peter Nikolaevich juga dikenal sebagai orientalis Rusia. Ide membangun istana dengan gaya neo-Moorish ini muncul setelah ia melakukan perjalanan ke kawasan timur.

Ia terpukau dengan keindahan seni arsitektur Islam di Timur Tengah dan kawasan Magreb (Afrika Utara). Nama Dulber pun merujuk sebuah kata terjemahan dari bahasa Arab berarti indah atau spektakuler.

Grand Duke tak hanya meniru detail setiap bangunan istana. Ia juga memilih mencantumkan sepetik kalimat doa dalam bahasa Arab di atas setiap pintu masuk Istana Dulber yang bermakna, “Semoga Allah memberi keselamatan bagi orang yang memasuki bangunan ini”.

Istana ini memiliki warna khas dengan dominasi warna putih salju. Beberapa mozaik ornamen berwarna biru menghiasi fasad. Bangunan ini dirancang dengan bentuk asimetris dua bangunan dengan empat lantai.

Istana yang berdiri di atas lahan seluas 13 hektare ini memiliki gaya kental arsitektur Moor dan Maroko. Ini terlihat jelas pada fasad bagian depan bangunan utama dan kubah di puncak istana. Sekilas kubah ini mirip kubah masjid di beberapa kawasan negara Islam. Selain itu, lengkung tapal kuda memberikan nuansa Moor saat kita memasuki kompleks bangunan.

Di sekitar istana dipenuhi beberapa teras taman yang membentang dari pintu gerbang masuk utama hingga mengarah ke Laut Hitam. Pada bagian depan taman istana terdapat halaman dengan kolam air mancur yang dikelilingi tanaman palem.

Air mancur ini dihiasi dengan patung marmer di tengah kolam dengan hiasan bunga teratai. Taman air mancur ini meniru suasana halaman istana di wilayah Moor dan kawasan Andalusia.

Di area taman terdapat pula grotto, struktur marmer dengan lengkung tapal kuda di bagian taman yang difungsikan sebagai tempat duduk untuk beristirahat. Lengkung tapal kuda ini juga terlihat indah di lorong-lorong kolom samping bangunan istana.

Istana ini juga memiliki sebuah kebun botani mini seluas enam hektare. Kebun tersebut ditanami berbagai pohon, seperti ek, ara, pistachio, pinus, cemara, kayu merah, pinus, zaitun, hingga mawar.

Mengarah ke pintu masuk utama, elemen utama Moor gaya lengkungan tapal kuda langsung menyambut. Bagian fasad ini cukup tinggi dan memiliki tiga lengkungan di atasnya. Pada setiap jendela dan pintu istana ini pun memiliki karakter lengkungan yang sama. Selain itu, beberapa jendela memiliki ukiran kayu dengan struktur arabes.

Pada langit-langit pintu masuk terlihat elemen muqarnas, dekorasi ceruk di langit-langit yang umum. Elemen ini dikenal sebagai sarang lebah pada arsitektur Islam.

Istana  Dulber memiliki 100 kamar. Semua pintu masuk, balkon, bingkai jendela, dan pintu, dihiasi oleh berbagai barang-barang dekoratif dan ornamen Moor yang khas. Dinding dan langit-langit ruangan dihiasi dengan plester yang sangat indah.

Suasana Moor ini semakin kental dengan dekorasi di dalam istana yang memiliki langit-langit tinggi, lampu kaca berwarna-warni, serta karpet berwarna-warni. Sayangnya, berbagai dekorasi dan furnitur lain khas Moor hilang dan rusak parah selama Perang Dunia II dan pendudukan Nazi Jerman di wilayah Krimea. 

 

*Artikel ini telah dimuat di Harian Republika, Minggu, 28 Desember 2014

 

Berita terkait

Berita Lainnya