3 Komandan Perang Terbaik Islam Hingga Abad ke-10 

Terdapat tiga komandan perang terbaik hingga abad ke-10 M.

tourscanner.com
Terdapat tiga komandan perang terbaik hingga abad ke-10 M. Masjd (Mesquita de Cordoba), di Sanyol.
Rep: Kiki Sakinah Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejak pembentukan Islam pada awal abad ke-7 Masehi, tercatat banyak pertempuran terjadi tatkala para pemimpin dan komandan Muslim berjuang untuk memperluas agama Islam di seluruh dunia. Ketika pasukan Islam bergerak ke Eropa, konflik pun tak terelakkan terjadi selama berabad-abad.

Baca Juga


Selama periode itulah, tercatat banyak pemimpin dan komandan Islam yang berpengaruh dan telah menjadi perhatian. Para komandan Islam tersebut dikenal karena kehebatan mereka dalam memimpin perjuangan ekspansi Islam ke berbagai belahan dunia, terutama Eropa. 

History Collection, seperti dilansir pada Selasa (22/9), memaparkan tujuh pemimpin sekaligus komandan Islam terhebat dalam sejarah. Berikut ini tiga di antaranya yang dari tiga abad pertama kejayaan Islam 

 

1. Tariq Bin Ziyad (670-720) 

Tariq dikenal sebagai penakluk Spanyol dan diakui sebagai salah satu komandan Muslim terbesar sepanjang masa. Namun, hanya ada sedikit informasi tentang asal atau kebangsaannya. Terdapat tiga kisah berbeda tentang asal-usulnya, di antaranya, dia adalah seorang Persia dari Hamadan, dia berasal dari klan Sadif, dan dia adalah seorang bangsa Berber (etnis asli dari daerah Afrika Utara timur Lembah Nil) dari Aljazair.

Sejarawan Spanyol dan Arab percaya bahwa dia adalah budak amir Afrika Utara, Musa bin Nusayr, meskipun keturunannya membantah klaim ini. Hampir semua informasi yang berkaitan dengan Tariq berasal dari 711 M dan seterusnya, karena ini adalah tahun dia melancarkan invasi ke Spanyol.

Dia tiba di Gibraltar pada Mei dengan hingga 10 ribu orang dan tampaknya menyuruh mereka untuk 'membakar perahu mereka.' Mereka menuruti perintah itu tanpa pertanyaan, meskipun jumlah musuh 100 ribu.

Tariq meminta bala bantuan dan menerima 7.000 orang tambahan. Terlepas dari kerugian numerik, ia meraih kemenangan cemerlang pada Pertempuran Guadalete pada Juli, di mana Raja Spanyol Roderic terbunuh.

Tariq mendengarkan para jenderal berpengalaman pada pasukannya dan membagi pasukannya menjadi empat divisi saat mereka mengejar musuh yang kalah ke Toledo. Selanjutnya, mereka kemudian menaklukkan Kordoba, Granada, Toledo, dan Guadalajara. Ketika Musa mendengar tentang keberhasilan itu, dia pergi ke Spanyol dengan pasukan 18 ribu orang pada 712. 

Bersama-sama, kedua jenderal itu menaklukkan sekitar dua pertiga dari Semenanjung Iberia, dan dengan cepat menguasai Saragossa, Barcelona, dan Portugal. Tentara Muslim bahkan berhasil mencapai Prancis dan menaklukkan Lyons. Itu adalah awal penguasaan Muslim di Spanyol hingga 1492.

Hispania (Semenanjung Iberia) bernasib baik sebagai negara yang ditaklukkan. Kaum Muslimin rupanya tidak menyita perkebunan atau properti dan memberlakukan sistem perpajakan yang akhirnya dicontoh Barat. Perbudakan dihapuskan, dan sistem upah yang adil diperkenalkan. 

Namun, untuk mendapatkan kebebasan, penduduk harus masuk Islam. Spanyol akhirnya menjadi salah satu negara paling makmur di Eropa pada saat itu dan pada abad ke-10. Ibu kota Kordoba adalah salah satu kota terkaya di benua tersebut dengan populasi lebih dari 1 juta orang.

Tariq dan Musa tetap di Spanyol sampai Khalifah Al-Walid I memerintahkan mereka kembali ke Damaskus pada 714 di mana mereka diberi penghargaan. Namun, Khalifah kian mendekati ajalnya dan meninggal pada 715. Penggantinya, Sulaiman, kurang terpikat oleh kedua komandan tersebut dan keduanya dituduh menyelewengkan dana. Sedikit lagi yang diketahui tentang sisa hidup Tariq hanya bahwa dia meninggal dalam ketidakjelasan di Damaskus pada 720.

Kota Damaskus, Suriah, pusat kekuasaan Dinasti Umayyah. - (albumislam.com)

 

2. Harun al-Rashid (763-809)

Lahir di Iran pada 763 (beberapa sumber mengatakan 766), Harun Al-Rashid menjadi Khalifah kelima Dinasti Abbasiyah dan dianggap sebagai pemimpin terbesarnya. Pada saat dia berkuasa pada 786, Abbasiyah berada pada posisi terkuat mereka, dan dia adalah salah satu orang paling berkuasa di dunia. Pada saat itu, ibu kota dinasti Baghdad adalah kota terbesar di dunia di luar China, dan istana Harun yang luar biasa di Baghdad menjadi subjek dari banyak kisah termasuk Seribu Satu Malam.

Harun adalah putra ketiga Mohammed al-Mahdi, khalifah ketiga dinasti dan dinobatkan sebagai pewaris kedua setelah kakak laki-lakinya ketika ia berusia 16 tahun. Ayahnya meninggal pada 785, dan saudaranya al-Hadi menjadi khalifah. Namun, dia meninggal pada tahun berikutnya dalam keadaan misterius dan mungkin menjadi korban konspirasi. Harun menjadi khalifah dan segera menunjuk penasihatnya, Yahya, sebagai menteri utamanya (wazir).

Pemerintahan Harun terjadi tepat di tengah-tengah Zaman Keemasan Islam, dan Kekaisaran Abbasiyah berada di puncaknya. Penguasaannya meluas dari Maroko ke India dan khalifah baru ini sangat bergantung pada wazirnya untuk membantu menjaga kekaisaran yang luas tetap bersama.

Salah satu pencapaian militer utamanya adalah keberhasilan kampanye melawan Bizantium dari 797 hingga 806. Dia memaksa Permaisuri Irene untuk melakukan pembayaran ke Baghdad pada 797. Tetapi penggantinya, Nicephorus, menolak perjanjian itu. Namun, ia dikalahkan pada 806 dan dipaksa melakukan pembayaran tahunan kepada Abbasiyah.

Meskipun sumber-sumber Arab tidak membahasnya, mungkin ada kontak diplomatik antara Harun dan Charlemagne di mana pemimpin Abbasiyah tersebut mengakui penguasa Eropa sebagai pelindung peziarah Kristen ke Yerusalem. Harun meninggal di Rus, Prusia, pada 809 dalam kunjungannya untuk memulihkan ketertiban di wilayah tersebut.

Meskipun dia tidak memperluas kekaisaran lebih jauh, pemerintahan Harun terkenal karena kemakmuran agama, ilmu pengetahuan dan budaya dengan seni dan musik Islam yang berkembang. Meskipun Muslim kemudian memuji dia sebagai pemimpin yang hebat, para kritikus menunjukkan bahwa dia tidak meninggalkan arsitektur yang masih bertahan. Ada dugaan bahwa putranya al-Ma'mun adalah orang yang mendirikan dinasti sebagai pusat pembelajaran. Dia juga dituduh melakukan kekejaman besar selama masa pemerintahannya. Tetapi bagi para pendukungnya, Harun adalah orang yang mendorong budaya Islam maju dan diakui sebagai salah satu pemimpin Muslim yang hebat.

3. Mahmud dari Ghazni (971-1030)

Mahmud adalah pemimpin pertama dalam sejarah yang menyandang gelar 'sultan' yang berarti 'otoritas,' dan dia mungkin pemimpin terbesar Kekaisaran Ghaznavid. Mahmud lahir pada 971 di Afghanistan modern dan ayahnya Sabuktigin dianggap sebagai pendiri kekaisaran.

Dia bergabung dengan ayahnya dalam penangkapan Khorasan pada 994 dan mewarisi mahkota pada 998 ketika Sabuktigin meninggal. Mahmud menangkap Ismail pada tahun yang sama setelah kemenangannya di Pertempuran Ghazni.

Itu adalah awal dari karir militer yang panjang dan sukses saat ia menciptakan sebuah kerajaan yang membentang di Iran, Pakistan, Afghanistan, dan sebagian India. Dia dengan cepat mempelajari manfaat menggunakan pemanah yang kuat dengan menunggang kuda. Dan itu menjadi taktik utamanya dalam pertempuran.

Para pemanahnya bisa membunuh musuh dari jarak yang jauh dan memudahkan pasukannya di darat untuk membanjiri musuh. Tidak seperti sejumlah besar militer, Mahmud menghargai pembelajaran dan secara rutin memberi penghargaan pada orang bijak.

Dia mungkin paling terkenal karena invasi ke India. Dari 1000 hingga 1027, Mahmud menginvasi India tidak kurang dari 17 kali. Invasinya terjadi pada waktu yang tepat, karena itu terjadi pada saat kekuatan Rajput menurun. Mahmud begitu sering menginvasi India karena dia ingin merampas sumber daya yang sangat besar dari negara yang luas itu dan juga untuk menyebarkan Islam.

Invasi terakhirnya pada 1027 (beberapa sumber mengatakan 1024) melibatkan penjarahan Kuil Somnath. Harta yang dia curi setara dengan 20 juta Dinar. Untuk melihat dari pandangan yang objektif, ini lebih dari 80 kali lebih banyak daripada yang dia rampas pada invasi pertamanya.

Mahmud dianggap sebagai pahlawan Islam yang hebat karena penaklukannya, tetapi merupakan ikonoklas (penentang keberadaan ikon-ikon suci) terkenal. Dia kerap menodai kuil dan mendapatkan kebencian dari umat Hindu karena invasi, penjarahan, perusakan, dan pembunuhan yang terus-menerus.

Terlepas dari penaklukan berdarahnya, Mahmud memang memiliki penghargaan atas pendidikan dan mengubah Ghazni menjadi salah satu kota terkemuka di Asia Tengah. Dia mendirikan universitas dan membangun masjid dan istana, serta melindungi para cendekiawan.

Dia meninggal pada 1030 karena tuberkulosis setelah tertular malaria selama invasi. Kekaisaran Ghaznavid bertahan sampai 1187, ketika kemudian ditaklukkan Turki Seljuk yang sedang berkembang.

Sumber: https://historycollection.com/conquerors-innovators-7-greatest-muslim-leaders-commanders-history/

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler