Suwaid bin Shamit, Penyair yang Terpesona dengan Alquran
Suwaid bin Shamit masuk Islam di awal masa kenabian.
REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Suwaid bin Shamit adalah salah satu sahabat yang memeluk Islam pada awal kenabian. Ia dikenal sebagai seorang penyair cerdas yang dijuluki al-Kamil (orang yang sempurna) oleh kaumnya. Ia dijuluki seperti itu karena warna kulitnya, keindahan syair ciptaannya, kebangsawanan, dan nasabnya.
Suwaid pun menjadi orang yang terkemuka dan mempunyai kedudukan tinggi di Yatsrib (Madinah). Suatu hari ia datang ke Makkah untuk melaksanakan thawaf dengan cara kaum jahiliyah. Lalu Rasulullah Saw mengajaknya masuk Islam.
Sebagai seorang yang cerdas dan memiliki pengetahuan luas, Suwaid justru berkata pada Rasulullah, “Sepertinya apa yang ada padamu sama dengan apa yang ada padaku.”
Lalu Rasulullah bertanya padanya, “Apa yang ada padamu?”
Ia lantas menjawab, “Hikmah al Luqman.”
Rasulullah berkata, “Bacakan padaku.”
Suwaid pun melantunkan apa yang dimiliki dan diketahuinya dengan rangkaian syair-syair yang sangat indah dan memikat perhatian. Setelah ia selesai, kemudian Rasulullah berkata,
“Sesungguhnya ucapan ini memang indah, akan tetapi apa yang aku bawa lebih baik daripada ini. Ialah Alqur’an yang diturunkan oleh Allah padaku, ia adalah petunjuk dan cahaya.”
Rasulullah pun mulai membacakan ayat-ayat Alqur’an padanya lalu mengajaknya memeluk Islam. Setelah mendengarnya, Suwaid pun terpesona dengan keindahan Alqur’an dan akhirnya ia memeluk Islam pada permulaan tahun 11 kenabian.
"Sesungguhnya ini memang benar lebih indah," kata Suwaid.
Setelah memeluk Islam, Suwaid pulang ke Yatsrib dan tak lama setelah itu terjadi perang Bu’ats, yaitu perang saudara antara Suku Aus dan Khazraj. Dalam peperangan tersebut Suwaid terbunuh.
Kisah Suwaid bin Shamit ini bersumber dari Ar-Rahiq-ul-Makhtum, buku Sirah Nabawiyah yang ditulis dalam bahasa Arab dan Urdu oleh Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.