Pasokan AS Berkurang, Harga Minyak Naik Tipis
Peningkatan infeksi Covid-19 di sejumlah negara membatasi penguatan harga minyak.
REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Rabu (23/9), didukung data pemerintah AS yang menunjukkan persediaan minyak mentah dan bahan bakar turun pekan lalu. Namun, kekhawatiran tentang pandemi virus corona yang sedang berlangsung membatasi kenaikan.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman November naik lima sen, menjadi menetap di 41,77 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November bertambah 13 sen, menjadi ditutup pada 39,93 dolar AS per barel.
Data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah, bensin dan sulingan AS semuanya turun minggu lalu. Persediaan minyak mentah berkurang 1,6 juta barel, lebih rendah dari perkiraan.
Stok bensin turun lebih besar dari yang diperkirakan, jatuh empat juta barel. Sementara stok distilat membukukan penarikan mengejutkan 3,4 juta barel.
"Kejutan besar adalah hasil penyulingan (destilat) jauh di bawah rata-rata," kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group di Chicago.
Tetapi meningkatnya infeksi Covid-19 di negara-negara termasuk India, Prancis, dan Spanyol serta pembatasan baru pada bisnis di Inggris telah memperbaharui kekhawatiran tentang permintaan, ketika lebih banyak pasokan mungkin datang dari Libya. Di Amerika Serikat, jumlah korban tewas telah melampaui 200 ribu.
Aktivitas bisnis AS juga turun pada September, menunjukkan hilangnya momentum dalam ekonomi saat kuartal ketiga hampir berakhir dan pandemi tetap berlangsung.
Sementara itu, menurut data bea cukai pada Rabu, ekspor minyak diesel China pada Agustus naik dua kali lipat dari level Juli menjadi 1,09 juta ton, ketika para penyuling mengirimkan bahan bakar ke luar negeri meskipun margin ekspor buruk untuk mengurangi persediaan produk minyak dalam negeri yang melimpah.
Minyak telah runtuh karena pandemi menghancurkan permintaan. Brent jatuh di bawah 16 dolar AS per barel, level terendah dalam 21 tahun, pada April.