Mawar Bodas Kenang Karlinah pada Jenderal Umar

Umar Wirahadikusumah merupakan panglima pertama Kodam Jaya, saat itu Kodam V Jaya.

Republika/Selamat Ginting
Peresmian Gedung Jenderal Umar Wirahadikusumah di Makodam Jaya, Jumat (3/10).
Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Selamat Ginting/Wartawan Senior Republika

Alunan musik Sunda terdengar mendayu-dayu. Degung atau salah satu gamelan khas Sunda 'menghipnosis' Markas Kodam Jaya/Jayakarta. Salah satu lagu legendaris di acara pesta pernikahan di Jawa Barat (Jabar) didendangkan dengan merdu.


Ya, merdu. Merdu sekali. Penyanyinya bukan sembarangan. Dia seorang jenderal bintang dua. Tuan rumah, Panglima Kodam (Pangdam) Jaya Jayakarta, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Dudung Abdurachman. Dudung begitu menjiwai saat membawakan dua lagu Sunda yang cukup populer. 

Mawar Bodas (mawar putih) dan Kalangkang (khayalan). Ia tidak sedang menghayal, namun sedang menghibur tamu istimewanya. Tamu itu, Ibu Wakil Negara periode 1983-1988, Nyonya Karlinah Djajaatmadja. Istri dari mantan Wakil Presiden almarhum Jenderal TNI (Purnawirawan) Umar Wirahadikusumah.

Mapay jalan satapak ngajugjug ka hiji lembur,
Henteu bari kacape sabab aya nu diteang,

Hujan angin dor dar gelap taya pisan keur nyiuhan,
Sanajan awak rancucut beut asa karunya teuing,

Pajar cenah asal nepi ka tempat anu di tuju,
Rek ngalongok mawar bodas teupang nu jadi impian,
Sugan tea moal gagal kembang teh aya nu boga...”

Artinya:
Menyusur jalan setapak menuju ke satu kampung,
Tak terasa capek sebab ada yang dicari,

Hujan angin dor dar petir tak ada tempat untuk berteduh,
Biarpun badan basah kuyup tak peduli biarkan saja,

Yang penting sampai pada tempat yang dituju,
Mau nengok mawar putih yang tak lama lagi akan ku dapat,
Dikira tak akan gagal, mawar sudah ada yang punya...

Mayjen Dudung seolah membawa Nyonya Karlinah Djajaatmadja ke masa muda saat mengenal Overste (Letnan Kolonel) Umar Wirahadikusumah pada akhir Desember 1956.  Pagi itu, sang komandan resimen datang berkenalan dengan Karlinah di rumah orang tuanya. Malamnya kembali datang untuk melamar Karlinah. Seperti operasi militer, cepat dan langsung ke sasaran: Blizkrieg!

Sekitar 40 hari dari pertemuan pertama itu, keduanya langsung menikah pada 2 Februari 1957 di daerah Cipaganti, Bandung. Menikah dalam suasana terjadinya aksi dari kelompok  DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia), khususnya di Jabar. Sang Overste tak punya uang untuk membiayai pernikahannya. Umar terpaksa menjual sawah warisan keluarganya.

Umar (32 tahun) dan Karlinah (26) menikmati alunan musik Sunda degung. Termasuk wayang golek semalam suntuk untuk menghibur masyarakat. Acara resepsi dihadiri pula oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Mayjen Gatot Subroto. Sepekan kemudian, Bupati Garut juga menyelenggarakan hiburan reog Sunda di pelataran kabupaten untuk menghormati Letkol Umar, putra Garut yang sukses menjadi tentara.

Lagu Kalangkang yang dibawakan Mayjen Dudung juga membuat Karlinah tersipu-sipu.  Dudung menyangi sambil tersenyum. Rahma istri Dudung duduk di samping Karlinah yang ditemani keluarganya. Ariani Umar Wirahadikusumah berserta suaminya Iwan Giwangkara, serta Nilashanti Umar Wirahadikusumah dan suaminya Iqbal Wilis.

Dari Kodam Jaya, hadir di antaranya Kepala Staf Kodam (Kasdam) Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI Muhammad Saleh Mustafa, Ketua Kelompok Staf Ahli (Kapoksahli) Pangdam Jaya Brigjen Wahyudin serta para asisten dan sejumlah kepala badan pelaksana Kodam Jaya.

Gedung Jenderal Umar
Jumat (2/10) itu suasana cerah, setelah sempat diguyur hujan rintik-rintik sebelum pelaksanaan sholat Jumat. Menjadi hari bersejarah bagi TNI, khususnya Kodam Jaya. Pangdam Mayjen TNI Dudung Abdurachman beserta Ibu Wakil Negara periode 1983-1988 meresmikan gedung utama Kodam Jaya yang diberi nama Gedung Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah.  

Umar merupakan panglima pertama Kodam Jaya, saat itu disebut Kodam V Jaya. Ia mulai menjabat sejak Oktober 1959 hingga Desember 1965. Sebelum itu, Umar menjadi Komandan Komando Militer Kota Besar (KMKB) Djakarta Raya (DR) sejak Januari 1959. Sehingga Umar menempati posisi sebagai orang nomor satu di kesatuan itu selama enam tahun persis.

Saat menjadi Komandan KMKB pangkat Umar, Letnan Kolonel (senior). Kemudian saat menjabat Pangdam pada Oktober 1959, naik menjadi Kolonel. Pada Juli 1962, pangkatnya naik lagi menjadi Brigjen TNI. Terakhir, usai peristiwa Gerakan 30 September 1965/Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI), pangkat Umar naik menjadi Mayjen TNI.

Awal Desember 1965 Umar meninggalkan Kodam Jaya. Ia digantikan Mayjen TNI Amir Machmud. Umar dipromosikan menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) menggantikan Letnan Jenderal TNI Soeharto yang sudah menjadi  Menteri/Panglima Angkatan Darat (Pangad).

“Kami memberikan penghargaan atas jasa-jasa almarhum Jenderal TNI (Purnawirawan) Umar Wirahadikusumah dalam membangun Kodam Jaya sejak pertama berdiri," kata Dudung dalam sambutannya.

"Terima kasih juga kepada Ibu Umar Wirahadikusumah yang menjadi ketua pertama Persit (Persatuan Istri Prajurit) Cabang Kodam Jaya. Penghargaan diabadikan dalam bentuk nama gedung utama Kodam Jaya sebagai Gedung  Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah,” kata Dudung melanjutkan.

Ia juga mengemukakan, pada Kamis (1/10) bersama Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dan para petinggi TNI lainnya melakukan ziarah ke Taman Makam Pahlawan Nasional Utama (TMPNU) Kalibata, Jakarta Selatan. Ziarah dilakukan dalam rangkaian peringatan Hari TNI. “Di situ saya juga ziarah ke makam Pak Umar,” ungkap Dudung, abituren (lulusan) Akademi Militer (Akmil) 1988 B.

Karlinah duduk di kursi roda dengan pakaian bernuansa hijau tua serta dibalut selendang hijau. Ia dan Dudung serta semua yang hadir mematuhi protokol kesehatan dengan menggunakan masker. Sebagai Ibu Wakil Negara periode 1983-1988, Karlinah masih mendapatkan pengawalan dari Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Grup D. Grup ini bertugas mengawal mantan keluarga Presiden dan Wakil Presiden RI.

Dari pihak keluarga, sambutan dilakukan menantu pertama, Iwan Giwangkara. “Terima kasih atas nama keluarga besar Umar Wirahadikusumah untuk penghargaan yang diberikan keluarga besar TNI dalam hal ini Kodam Jaya dalam mengenang sosok Pak Umar. Amarhum merupakan tokoh anutan bagi keluarga besar kami. Semoga acara ini diridhoi Allah,” kata Iwan.

Rangkaian acara antara lain penandatanganan prasasti oleh Mayjen Dudung Abdurachman dan Karlinah Djajaatmadja, serta foto bersama di depan gedung utama Jenderal TNI Umar Wirahadikusumah. Puan rumah Nyonya Rahma Dudung menyiapkan nasi kebuli, tekwan, bakso, serta sejumlah makanan lainnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler