Fakta Soal Bocornya Cairan Otak Perempuan AS Usai Swab Test

Kasus kebocoran otak perempuan usai jalani swab test dilaporkan dalam jurnal medis.

EPA-EFE/JOHN G. MABANGLO
Seorang tenaga medis bersiap melakukan swab test Covid-19 dengan mengambil spesimen dari hidung pengendara di Mesa Park, Kota Bolinas, Kalifornia, Amerika Serikat, Senin (20/4).
Rep: Kiki Sakinah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang perempuan di Amerika Serikat (AS) dikabarkan mengalami kondisi infeksi yang mengancam nyawa setelah menjalani tes usap (swab) Covid-19. Cairan otaknya dilaporkan bocor akibat kesalahan dalam pengambilan spesimen dari hidungnya.

Bagaimana itu bisa terjadi? Perempuan yang tidak diungkapkan identitasnya itu rupanya tak menyadari bahwa dirinya memiliki kondisi medis langka.

Selama ini, kondisi kesehatannya tak terdiagnosis oleh dokter yang pernah memeriksanya. Selaput otak perempuan berusia 40 tahun itu tertusuk saat dilakukan uji usap pada hidungnya.

Akibatnya, cairan otak bocor dan mengalir dari hidungnya. Kasus tersebut dilaporkan dalam jurnal JAMA Otolaryngology-Head & Neck Surgery.

Menurut dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorok (THT), Jarret Walsh, kondisi yang dialami perempuan itu berisiko infeksi yang dapat berakibat fatal. Dokter menyebut, di samping memiliki kondisi kesehatan yang tidak terdiagnosis, sang pasien juga mendapatkan tes Covid-19 yang mungkin tidak dilakukan dengan benar.

Walsh menjelaskan, perempuan itu menjalani uji usap pada hidungnya sebelum operasi hernia elektif. Setelahnya, perempuan tersebut mengeluarkan cairan bening dari satu sisi hidungnya.

Dia juga mengalami gejala, termasuk sakit kepala, leher kaku, muntah, dan silau terhadap cahaya. Dokter lalu mencoba mengeringkan cairan menggunakan shunt, yakni alat medis yang berfungsi mengeluarkan cairan otak seperti yang biasa dipakai pada pasien hidrosefalus.

Langkah itu malah mengakibatkan kerusakan di dasar tengkorak yang disebut encephalocele. Menurut laporan tersebut, lapisan otaknya jadi menonjol ke hidung yang berisiko pecah.

Perempuan itu dilaporkan telah pulih. Namun, jika kondisi seperti itu tidak diobati, dokter mengatakan dia bisa mengalami infeksi bakteri yang berpotensi fatali.

Baca Juga



Dalam laporan tersebut, dokter mengingatkan bahwa individu yang akan menjalani operasi sinus atau tengkorak harus meminta tes Covid-19 secara oral jika memungkinkan.

"Ini menggarisbawahi perlunya pelatihan yang memadai bagi mereka yang melakukan tes dan perlunya kewaspadaan setelah tes dilakukan," kata spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan di rumah sakit Lenox Hill Hospital yang berbasis di New York City, Dennis Kraus, kepada AFP, dikutip Fox News, Sabtu (3/10).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler