A PHP Error was encountered

Severity: Warning

Message: Use of undefined constant MOBILE - assumed 'MOBILE' (this will throw an Error in a future version of PHP)

Filename: config/config.php

Line Number: 356

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: channel

Filename: models/News.php

Line Number: 78

Studi: Sebagian Pasien Covid-19 Alami Gejala Neurologis | Republika Online Mobile

Studi: Sebagian Pasien Covid-19 Alami Gejala Neurologis

Pasien Covid-19 tunjukkan gejala neurologis, seperti nyeri otot dan sakit kepala.

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined variable: part

Filename: amp/berita_amp.php

Line Number: 67

science alert

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined variable: part

Filename: amp/berita_amp.php

Line Number: 71

Pasien Covid-19 tunjukkan gejala neurologis, seperti nyeri otot dan sakit kepala (Foto: ilustrasi pasien Covid-19)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Nora Azizah

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined index: serial

Filename: amp/berita_amp.php

Line Number: 82

A PHP Error was encountered

Severity: Notice

Message: Undefined variable: search

Filename: helpers/all_helper.php

Line Number: 2070

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Pengidap Covid-19 mengalami berbagai gejala penyerta. Tidak hanya batuk, demam, dan sesak napas yang merupakan gejala utama, ada berbagai kondisi lain, termasuk gangguan neurologis yang baru-baru ini terungkap.

Berdasarkan studi terkini, 82 persen dari 509 pasien Covid-19 di sejumlah rumah sakit di Chicago, Amerika Serikat (AS), menunjukkan gejala neurologis. Laporan sudah diterbitkan di Annals of Clinical and Translational Neurology, Senin (5/10).

Studi dianggap sebagai yang pertama meneliti prevalensi gejala neurologis pada pasien Covid-19 di AS. Gejala neurologis yang paling umum adalah nyeri otot dan sakit kepala, yang dialami oleh sekitar 45 persen dan 38 persen pasien.

Hampir sepertiga pasien mengembangkan ensefalopati, berubahnya struktur atau fungsi otak. Ciri dari ensefalopati adalah kondisi mental yang berubah, termasuk kebingungan, kelesuan, kehilangan memori, dan penurunan kemampuan kognitif.

Sekitar 30 persen pasien mengalami pusing, 16 persen kehilangan indra perasa, dan 11 persen kehilangan indra penciuman. Berdasarkan temuan, sangat sedikit pasien yang mengalami komplikasi serius, seperti stroke atau kejang.

Riset itu juga menemukan bahwa pasien yang lebih tua cenderung mengembangkan ensefalopati daripada yang lebih muda. Pasien yang lebih muda umumnya lebih mungkin didiagnosis dengan gejala neurologis.

Baca Juga


(Ilustrasi Sakit Kepala) - (Flickr)

Menurut peneliti, itu mungkin terjadi karena orang muda biasanya memiliki penyakit yang lebih ringan. Sehingga, dokter mereka kurang fokus pada komplikasi seperti masalah pernapasan dan lebih mampu mendiagnosis gejala sekunder.

Ruang lingkup penelitian agak terbatas, karena hanya menganalisis pasien yang dirawat di 10 rumah sakit Chicago. Hanya enam persen dari pasien yang diperiksa oleh ahli saraf atau ahli bedah saraf terlatih.

Dengan kata lain, sebagian besar penilaian berasal dari dokter lain yang bekerja di bangsal Covid-19. Meski begitu, studi ini menjadi pengingat kuat bahwa Covid-19 lebih dari sekadar penyakit pernapasan, dan belum terlihat gambaran lengkapnya.

Laporan berbulan-bulan menunjukkan bahwa gejala neurologis biasa terjadi, tidak hanya untuk pasien yang saat ini terinfeksi Covid-19 tetapi juga bagi mereka yang pulih. Studi di Eropa dan Asia juga menunjukkan tingkat gejala neurologis yang tinggi.

Pasien demikian kerap dijuluki terjangkit virus corona "jarak jauh". Setelah sembuh dari corona, berbulan-bulan setelahnya sebagian pasien melaporkan kondisi otak berkabut, kehilangan beberapa ingatan, kesulitan berkonsentrasi, dan pusing.
 
Untuk penyakit seperti Covid-19, sulit untuk menguraikan apakah virus atau justru pengobatannya yang menyebabkan masalah neurologis. Deksametason, steroid yang sekarang digunakan untuk pengobatan pasien, memang dapat menghasilkan efek samping serupa.

Misalnya, perubahan suasana hati, insomnia, dan pusing. Sementara, penelitian yang tengah diulas telah dilakukan pada bulan Maret dan April 2020, sebelum deksametason ditemukan efektif untuk pasien Covid-19.

Studi ini muncul ketika beberapa orang berspekulasi tentang kemampuan Presiden AS Donald Trump untuk memimpin negara sambil memulihkan diri dari Covid-19 dan menggunakan deksametason. Berita tentang gejala neurologis menambah kekhawatiran tersebut.

Meskipun tidak ada jaminan Presiden AS akan bebas dari efek seperti itu, Gedung Putih mengatakan kondisi Trump baik-baik saja secara keseluruhan. Saat ini, dia mendapat perawatan yang biasanya diberikan kepada pasien dengan kasus yang lebih serius, dikutip dari laman Time, Selasa (6/10).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler