Saat Sarjana Barat Kaget Muslim Kaji Evolusi Sebelum Darwin

Sarjana Muslim telah jauh membahas evolusi sebelum Darwin.

Sarjana Muslim telah jauh membahas evolusi sebelum Darwin. Sains Islam (ilustrasi)
Rep: Idealisa Masyrafina Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK – Teori mengenai seleksi alam, telah ada jauh sebelum Charles Darwin memikirkannya pada 1837. Dan ternyata, 14 abad yang lalu, jauh sebelum Darwin, cendekiawan Muslim telah mengajukan teori evolusi tersebut.

Baca Juga


Kini beberapa profesor dan museum sekarang berusaha untuk memasukkan sejarah yang terabaikan itu ke dalam kurikulum dan pameran. Baru-baru ini, profesor James Higham dari New York University mencuit tentang bagaimana dia memperbarui kuliahnya tentang ekologi perilaku primata, yang ditujukan untuk kelas sarjana tingkat atas.  

"Sekarang (kami) mengakui dengan baik ilmuwan Islam di bidang ini, terutama Al-Jahiz (781-869 M). Tampak jelas bahwa sesuatu seperti evolusi melalui seleksi alam diajukan seribu tahun sebelum Darwin / Wallace." jelas Higham saat dikonfirmasi dilansir di Vice News, Selasa (6/10). 

Ahli alam Alfred Russel Wallace secara independen mengajukan teori evolusi melalui seleksi alam sekitar waktu yang sama dengan Darwin.

Higham mengatakan bahwa dia tidak pernah diajarkan tentang Al-Jahiz dalam pendidikannya sendiri. Dia mengetahui tentang Al-Jahiz sebagai seorang teolog, penulis, dan cendekiawan, tetapi bukan seorang ahli biologi.

"Saya terkejut dengan sejauh mana Al-Jahiz tampaknya tidak hanya memiliki gagasan evolusi, tetapi banyak gagasan yang dapat dikatakan terkait secara khusus dengan proses evolusi melalui seleksi alam. Tampaknya ini termasuk gagasan seperti persaingan memperebutkan sumber daya yang terbatas, adaptasi sebagai tanggapan terhadap lingkungan, dan spesiasi dari waktu ke waktu sebagai hasilnya." kata Higham.

Cuitannya merujuk pada grafik delapan cendekiawan Muslim pra-Darwin yang menulis tentang gagasan evolusi, dari "Sebuah kisah tak terungkap dalam biologi: kesinambungan sejarah gagasan evolusi cendekiawan Muslim dari abad ke-8 hingga zaman Darwin," sebuah makalah 2017 oleh penulis senior Rui Diogo, asisten profesor di Howard University. 

Higham berencana memasukkan Al-Jahiz dan cendekiawan pra-Darwin lainnya ke dalam kelas pengantar yang besar tentang asal-usul manusia juga. Akademisi lain membalas cuitan Higham, mengatakan mereka mengambil tindakan serupa. Seperti Andy Higginson, seorang ahli ekologi dan Dosen Senior di Universitas Exeter yang menjawab, "Saya melakukan hal yang sama untuk kuliah pekan lalu!"

Menurut Direktur Pusat Studi Sains dalam Masyarakat Muslim di Hampshire College Amherst, Massachusetts, Salman Hameed,  tidak ada bukti bahwa Darwin mengenal cendekiawan Islam dari abad ke-9 atau ke-10. Tetapi tujuannya memasukkan penyebutan masa lalu para cendekiawan tidak mengatakan bahwa Darwin menyalinnya, atau mencontohnya atau dengan cara apa pun mengurangi warisan Darwin.

"Saya pikir itu baik bagi siswa untuk mengetahui bahwa masyarakat lain telah memikirkan hal-hal ini. Saya pikir itu memperkaya kisah sains kita. Kisah sains dalam arti tertentu harus menjadi kisah tentang manusia, bukan kisah tentang beberapa individu yang menghasilkan hal-hal hebat ini, tetapi usaha manusia." kata Hameed. 

Mencatat sejarah ide-ide mirip evolusi sepanjang sejarah dan budaya dapat memperluas pemahaman kita tentang bagaimana ide-ide itu sendiri berkembang, dalam gelombang, membutuhkan penyempurnaan, dan pasti dipengaruhi oleh budaya dan konteks historis tempat mereka berada.  

Daripada meremehkan pencapaian tokoh-tokoh seperti Darwin , termasuk cendekiawan pra-Darwinian dapat mengarahkannya pada warisan yang kaya dari orang-orang yang mencoba memecahkan mekanisme kehidupan, sementara juga berfungsi sebagai kesempatan untuk menilai ide-ide sejarah mana yang kita anggap penting dan "ilmiah".  

"Sejarah sains terkenal karena 'orang-orang hebat'," kata Sarah Qidwai, seorang mahasiswa pascasarjana dalam sejarah sains di University of Toronto. Dia pikir kita harus kritis tentang siapa orang-orang itu dan siapa yang tidak termasuk.  

Sementara ahli biologi evolusi Ernst Mayr menulis dalam bukunya yang berpengaruh pada 1982, "Pertumbuhan Pemikiran Biologis", menyebutkan bahwa orang Arab, tidak memberikan kontribusi penting pada biologi, dan menurut Qidwai ini karena ada banyak cendekiawan Muslim yang sering diabaikan. 

Qidwai menulis disertasinya tentang salah satunya: Sayyid Ahmad Khan, seorang cendekiawan Muslim abad ke-19 di India yang menulis untuk mendukung gagasan Darwin dan memiliki keyakinan evolusioner sendiri. 

Khan menulis bahwa manusia adalah bagian dari kerajaan hewan dan telah berkembang dari waktu ke waktu melalui proses yang panjang. Yang penting, dia tidak berpikir bahwa evolusi bertentangan dengan keyakinan Islam dan Alquran, karena menurutnya proses ini dipandu oleh sosok ilahi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler