Sidebar

Riba, Penyebab Utama Krisis Ekonomi Global

Monday, 12 Oct 2020 06:37 WIB
Riba, Penyebab Utama Krisis Ekonomi Global. Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riba yang diharamkan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala merupakan salah satu dosa besar yang pasti akan menimbulkan akibat buruk. Salah satunya, yakni dampak terhadap ekonomi.

Baca Juga


Dikutip dari buku Harta Haram Muamalat Kontemporer karya Erwandi Tarmizi, krisis ekonomi global yang mendera dunia pada 2008 disebabkan oleh riba. Dalam buku Krisis Ekonomi Global Dan Squsi Ekonomi Islam dijelaskan faktor utama penyebab krisis adalah riba (Al Azmah Al Maliyah Al Amaliyah).

Hal ini bisa dilihat dari kronologi krisis sebagai berikut. Dalam rentang 2002-2006 suku bunga (riba) bank di Amerika cukup rendah sedangkan harga properti mengalami kenaikan yang cukup tajam, maka pengajuan kredit properti warga Amerika meningkat. Hal ini disambut baik oleh bank-bank konvensional dengan memudahkan pemberian kredit. 

Sebagaimana dimaklumi bahwa suku bunga bank tidak tetap, naik-turun seiring dengan naik-turunnya suku bunga yang ditetapkan oleh bank sentral. Pada awal 2006 terjadi perubahan drastis, di mana suku bunga bank naik sedangkan harga properti menurun. 

Maka para debitur tidak memiliki pilihan selain menghentikan angsuran kredit karena angsuran yang harus mereka bayar begitu besar disebabkan naiknya suku bunga bank, juga tidak senilai dengan harga properti yang mereka beli disebabkan menurunnya harga properti. Maka terjadilah kredit macet.

Dengan terjadinya kredit macet, institusi keuangan Amerika menjadi lumpuh sehingga beberapa bank mengumumkan jatuh pailit. ltulah penyebab awal terjadinya krisis ekonomi global. 

Saat kredit menjadi macet sampai pada taraf yang mengkhawatirkan, otomatis institusi-institusi keuangan yang berinvestasi pada kredit perumahan mengalami kerugian besar. Akibat jatuhnya institusi keuangan tersebut berdampak pada kinerja saham Amerika di bursa saham yang terjun bebas, sehingga dampaknya juga ke indeks bursa saham Amerika (DJIA), karena institusi keuangan memiliki kapitalisasi pasar yang cukup berarti.

Akhirnya investor-investor mulai menarik dananya dari bursa sehingga kejatuhan indeks bursa semakin parah. Penarikan dana juga dilakukan di bursa-bursa global, karena umumnya pihak asing juga memiliki banyak dana di bursa asing (termasuk di Indonesia). lnilah sebabnya dampak kejatuhan bursa di Amerika juga mengimbas ke bursa-bursa di seluruh dunia. 

Untuk mengetahui riba adalah faktor utama terjadinya krisis ekonomi global, juga bisa dilihat dari tindakan yang diambil oleh bank sentral Amerika untuk menghadapi krisis kredit perumahan. Bank sentral Amerika menurunkan suku bunga hingga mencapai satu persen untuk meredam ketatnya likuiditas. Dengan demikian, mereka hanya bermain dengan menurunkan dan menaikkan suku bunga (riba) (Majalah Al Bayan).

Oleh karena penyebab krisis ini adalah riba maka bank-bank syariah terhindar dari krisis. Berdasarkan laporan dari International Financial Services, London yang berjudul, Islamic Finance 2009 memuat, "Dampak krisis keuangan dan ekonomi global tidak menerpa Iembaga keuangan syariah begitu fatal seperti yang dialami oleh bank-bank konvensional. Hal ini disebabkan, syariat Islam yang merupakan haluan bank-bank tersebut mengharamkan produk-produk yang menyebabkan timbulnya krisis." (Iqtisihad Islami).

 

Berita terkait

Berita Lainnya