Ilmuwan Gunakan Bintik Matahari untuk Teliti Planet Lain

Tim mengumpulkan data bintik matahari untuk memprediksi potensi kehidupan planet lain

Dailymail
Matahari. ILustrasi
Rep: Haura Hafizhah Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam The Astrophysical Journal menunjukkan bagaimana bintik matahari yang relatif lebih dingin dan bercak gelap di Matahari dapat membantu memahami kondisi kehidupan di planet yang berada di luar tata surya. Bintik matahari adalah prekursor flare matahari.

Baca Juga


Memantau bintik matahari dapat membantu memecahkan kode bagaimana dan mengapa flare atau suar terjadi.  Pada bintang muda, superflare terjadi hampir setiap hari sedangkan pada bintang yang lebih dewasa seperti Matahari, bisa terjadi sekali dalam 1.000 tahun.  

Beberapa suar dapat membantu membangun RNA dan DNA di planet. Sedangkan terlalu banyak suar yang kuat dapat merusak atmosfer sehingga planet tidak dapat dihuni. Data resolusi tinggi Matahari dari Solar Dynamics Observatory NASA dan misi Hinode JAXA / NASA digunakan untuk penelitian ini.

Tim mempelajari berbagai lapisan Matahari menggunakan 14 panjang gelombang yang berbeda termasuk sinar tampak, ultraviolet (UV) dan sinar-X.

"Kami ingin tahu seperti apa daerah bintik matahari jika kami tidak dapat menyelesaikannya dalam gambar," kata Shin Toriumi, penulis utama studi dan ilmuwan di Institut Ilmu Antariksa dan Astronautika di Badan Eksplorasi Dirgantara Jepang, dilansir dari thehindu, Senin (12/10).

Jadi, kata dia, ia ingin menggunakan data matahari seolah-olah berasal dari bintang yang jauh untuk memiliki hubungan yang lebih baik antara fisika matahari dan fisika bintang.

Dengan menggabungkan semua data ini, tim membuat plot yang mereka beri nama kurva cahaya yang menunjukkan bagaimana cahaya berubah saat bintik matahari melewati permukaan matahari yang berputar.  Ini juga menunjukkan seperti apa bintik matahari yang lewat jika jaraknya beberapa tahun cahaya.

"Matahari adalah bintang terdekat kita.  Dengan menggunakan satelit pengamat matahari, kami dapat menyelesaikan tanda tangan di permukaan selebar 100 mil. Di bintang lain, Anda mungkin hanya mendapatkan satu piksel yang menampilkan seluruh permukaan, jadi kami ingin membuat template untuk mendekode aktivitas di bintang lain," kata Vladimir Airapetian, rekan penulis studi dan astrofisikawan di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Greenbelt, Maryland.  

Mempelajari aktivitas bintang juga dapat membantu menjelaskan awal kehidupan di Bumi empat miliar tahun lalu.  Banyak ilmuwan berpendapat bahwa aktivitas matahari yang intens mungkin menjadi pemicunya.

"Sejauh ini kami telah melakukan skenario kasus terbaik, dimana hanya ada satu bintik matahari yang terlihat. Selanjutnya kami berencana melakukan beberapa pemodelan numerik untuk memahami apa yang terjadi jika kami memiliki beberapa bintik matahari," kata dia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler