Perginya Sang Legenda Atletik Eduardus Nabunome
Eduardus meninggal akibat penyakit jantung yang sudah lama dideritanya.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Indira Rezkisari, Antara
Atlet lari legendaris Eduardus Nabunome meninggal dunia. Eduardus adalah pemegang rekor di sejumlah nomor yang hingga belum dipecahkan oleh atlet lain di Indonesia.
Meninggalnya mantan atlet atletik nasional Eduardus Nabunome menjadi kehilangan besar bagi jajaran Pengurus Atletik Seluruh Indonesia (PASI) DKI Jakarta, tempat mendiang mendedikasikan sisa perjalanan karirnya sebagai pelatih Pelatda Atletik.
Ketua Umum PASI DKI Jakarta Mustara Musa, mengatakan Edo, sapaan akrab Eduardus, adalah pribadi yang baik. Ia memiliki dedikasi yang tinggi dalam usahanya menggenjot prestasi atlet atletik di Jakarta.
"Sebagai pelatih memang beliau belum lama, namun memiliki dedikasi yang baik. Ia bahkan berhasil mendidik salah satu anaknya menjadi atlet jarak jauh putri potensial, yang tahun lalu dipanggil pelatnas PB PASI usia remaja," kata Mustara saat dihubungi, Selasa (13/10).
Eduardus meninggal pada Senin malam 12 Oktober pukul 21.20 WIB di RS Medistra Jakarta. Ia meninggal karena penyakit jantung yang dideritanya.
Selama aktif menjadi atlet nasional, Eduardus menorehkan prestasi gemilang di cabang olahraga atletik. Ia mencatatkan rekor nasional marathon hingga hari ini dengan catatan waktu dua jam 19 menit, serta sejumlah rekornas lainnya.
Eduardus Nabunome mencatat hattrick medali emas di nomor lari 10.000 meter putra SEA Games sejak 1987, 1989 dan 1991. Selain itu, di nomor lari 5.000 meter putra juga meraih emas pada SEA Games 1987 dan 1989, dan juga lari marathon di SEA Games 1997.
Pria asal NTT ini yang mematahkan dominasi pelari asal Malaysia, Subramaniam di nomor lari 10.000 meter. Edo juga yang menghentikan dominasi atlet andalan Filipina Hector Bagio di nomor lari marathon SEA Games. Sebelum meninggal, Eduardus menjadi pelatih Pelatda lapis 2 di PASI DKI Jakarta sejak September 2020.
Pria asal NTT ini yang mematahkan dominasi pelari asal Malaysia, Subramaniam di nomor lari 10.000 meter. Eduard juga yang menghentikan dominasi atlet andalan Filipina Hector Bagio di nomor lari marathon SEA Games.
Menurut Mustara, catatan prestasi yang pernah dicapai Edo merupakan inspirasi semangat yang semestinya ditiru atlet-atlet remaja.
"Saya berharap dengan prestasi Edo itu bisa menginspirasi kalangan atletik untuk meniru prestasi yang lebih hebat. Atlet bisa berlatih lebih giat agar muncul kebangkitan atlet jarak jauh dan marathon baru lainnya. Selain itu kompetisi juga harus tertata dan berjenjang dengan lebih baik," kata Mustara.
Penyakit jantung sudah lama diidap Edo. Di tahun 2017, dia pernah dirawat di RSUD Pasar Rebo akibat serangan jantung. Saat itu Edo tidak hanya didiagnosa mengidap jantung namun juga asam lambung akut. Bahkan ketika itu Edo sempat dirawat di ICU selama lima hari.
Edo sudah sejak Sabtu, (10/10) dirawat di rumah sakit. Semula Edo akan menjalani pemasangan ring. Upaya tersebut tertunda karena ayah enam anak itu paru-parunya mengalami pencairan sehingga dokter tidak berani melakukan tindakan pemasangan ring.
Berpulangnya Edo menambah catatan bintang olahraga Indonesia yang meninggal di masa Covid-19. Sebelumnya olahraga nasional kehilangan mantan atlet renang andalan Lukman Niode, Ketua Umum PB PASI Mohamad Bob Hasan dan mantan Menpora Abdul Gafur.
Maria Lawalata mengaku sangat sedih dan kehilangan. Maria adalah mantan atlet marathon putri dan peraih medali emas penentu kontingen Indonesia pertahankan gelar juara umum SEA Games 1991 Manila, Filipina.
Maria sempat menjenguk Edo di rumah sakit. Dikutip dari laman resmi KONI, Maria menyebutkan kondisi Edo memang cukup kritis.
”Waktu tadi sore saya ke rumah sakit, akan ada tindakan pemasangan ring ke jantung Eduardus namun ditunda karena ada pencairan di paru-paru,” katanya.
Eduardus Nabunome kecil sudah biasa berlari puluhan kilometer. Ia mengingat dulu kerap berlari dari Camplong, Kabupaten Kupang, ke Kota Kupang. Jarak larinya sekitar 45-50 kilometer.
Tak heran kalau berlari sudah melekat di jiwa Edo. Setelah tidak lagi berlari secara profesional anak tunggal pasangan Hiler Eduard Nabunome-Maria Nithani ini menekuni bisnis mangan, bahan tambang yang banyak terdapat di kampung halamannya di Timor Tengah Selatan.
Dia kemudian juga terlibat politik. Pada 7 Oktober lalu 2013 ia berpasangan dengan Bernardus Sae maju dalam pemilihan bupati Timor Tengah Selatan. Mereka namun gagal meraih suara terbanyak.
Bahkan pasangan Bernadus Sae-Eduardus Nabunome memperoleh posisi keenam di pilkada. Mereka memperoleh 5.509 suara atau 2,71 persen.