Kala Livorno Ikuti Jejak Para Elite Italia

Permasalahan finansial sering melanda klub-klub Italia.

Wikipedia
Logo Serie A Liga Italia
Rep: Frederikus Bata Red: Endro Yuwanto

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Permasalahan finansial sering melanda klub-klub sepak bola. Tak terkecuali di Italia.

Bahkan ada yang sampai mengalami kebangkrutan. Teranyar AS Livorno dalam situasi pelik. Gli Amaranto terancam gulung tikar.

"Manajemen tim tersebut belum membayar jaminan untuk menyelamatkan tim," demikian laporan yang dikutip dari Football Italia, Selasa (13/10).

Walhasil keuangan Livorno menjadi tak menentu. Menurut Sky Sport, dana yang dijanjikan Cerea Banca hilang begitu saja. Situsi semakin runyam.

Hanya Presiden Livorno Raffaele Navvarra dan mantan pemilik klub, Aldo Spinelli, yang menghormati komitmen. Pembayaran gaji reguler di klub tersebut tetap dilakukan. Sekarang tak banyak waktu bagi Livorno untuk menghindari kebangkrutan.

Jika seluruh jaminan tidak dibayarkan, maka tim tersebut bakal bubar musim ini. "Para pemain akan dibebaskan, paling cepat tanggal 14 Oktober 2020," tambah laporan dari Football Italia.

Gli Amaranto sedang berkompetisi di Serie C Grup A. Filippo Neri dkk berada di posisi 17 klasemen sementara. Sepanjang sejarah sepak bola Italia, Livorno pernah menampung beberapa nama beken. Lucarelli bersaudara sempat bermain di klub tersebut. Kemudian Fransesco Tavano, Igor Prottti, juga Alessandro Diamanti. Protti merupakan pencetak gol terbanyak klub dengan 119 gol.

Terakhir kali Livorno tampil di Serie A sekitar musim 2013/2014. Setelah itu, Gli Amaranto menuju Serie B. Pada musim 2019/2020, Livorno berstatus juru kunci Serie B, dan otomatis terdegradasi ke Serie C. Belum semusim di Serie C, Le Triglie terancam lenyap dari peredaran.

Sebelumnya ada sejumlah klub elite Negeri Spaghetti mengalami situasi serupa. Fiorentina masuk dalam daftar tersebut. Klub pemilik dua gelar scudetto itu dinyatakan bangkrut pada akhir musim 2001/2002.

Krisis finansial mendera si Ungu. Saat itu Fiorentina terlilit utang hingga 32 juta euro. Tak tanggung-tanggung tim peraih dua scudetto ini sampai turun ke Serie C2.

Tak butuh waktu lama bagi La Viola untuk balik lagi ke kasta tertinggi. Pada musim 2004/2005, klub yang pernah diperkuat Gabriel Batistuta, Carlos Dunga, dan Rui Costa itu promosi ke Serie A.

Selanjutnya Napoli. Pada periode 1980-an Partenopei paling ditakuti di seantero negeri. Tim tersebut memiliki pemain terbaik dunia bernama Diego Maradona.

Sinar pasukan biru-langit perlahan meredup. Pada 2004, Napoli mengalami kebangkrutan. Pemilik Stadion San Paulo terlilit utang hingga 70 juta euro.

Hingga akhirnya Napoli kembali ke Serie A pada musim 2006/2007. Saat ini, tim asal Italia Selatan itu menjadi pesaing Juventus dan konsisten tampil di Liga Champions.

Masih ada Parma Calcio. Tim yang pernah berjaya pada era 1990-an itu dinyatakan pailit lantaran perusahaan Parmalat selaku sponsor utama mengalami krisis. Itu terjadi pada 2004 silam.

Pemilik berganti-ganti, nasib Gialoblu tak kunjung berubah. Pada 2014 lalu, klub tersebut memiliki utang hingga 218 juta euro. Walhasil tim kuning-biru diturunkan hingga ke Serie D.

Pada akhirnya, Parma kembali ke habitatnya. Di pengujung musim 2017/2018, I Ducali mendapatkan tiket promosi ke Serie A. Hingga kini pemilik Stadion Ennio Tardini itu masih berada di kompetisi terelite Italia.


BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler