Tanamkan Nilai Moderasi, Saudi Luncurkan G20 Interfaith

G20 interfaith untuk menanamkan nilai moderasi.

Republika/Prayogi
Tanamkan Nilai Moderasi, Saudi Luncurkan G20 Interfaith. Foto: Toleransi (ilustrasi)
Rep: Dea Alvi Soraya Red: Muhammad Hafil

REPUBLIKA.CO.ID, ARAB SAUDI--Ketua Asosiasi Cendekiawan Muslim, Syekh Dr Muhammad bin Abdul Karim Al-Issa menegaskan pentingnya persatuan dunia Islam dengan peradaban manusia. Dalam pidatonya, Dr Al-Issa meresmikan forum G20 Interfaith, forum penerjemah yang bertujuan untuk menanamkan nilai moderasi dan kontra-ekstrimisme.

Forum ini merupakan hasil kerja sama antara Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia, Ketua Asosiasi Cendekiawan Muslim, dan forum komunikasi peradaban, dengan keanggotaan ribuan cendekiawan dan pemikir di seluruh dunia.

"Kita semua berbagi suara moderat yang mencintai semua dan menolak segala bentuk kebencian, rasisme, diskriminasi dan marginalisasi," ujar Al-Issa yang dikutip di Riyadh Daily, Rabu (14/10).

Sesi pembukaan G20 Interfaith Forum 2020 yang diselenggarakan oleh Kerajaan Arab Saudi, dan dihadiri oleh King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Interreligious and Intercultural Dialogue (KAICIID), dan Global Partnership Alliance (GPA).

Dalam pidatonya, Al-Issa mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung terwujudnya program tersebut. Upaya moderasi dan memerangi ekstrimisme dan terorisme, serta layanan kemanusiaan global, kata Al-Issa, menunjuk pada rangkaian tindakan historis yang kini telah berubah menjadi sumber inspirasi global, termasuk platform global utama untuk menghadapi ideologi ekstremis, dan inisiatif dalam sejarah Islam setelah Konstitusi Madinah, yaitu Dokumen Makkah.

Sekretaris Jenderal Liga Dunia Muslim mengatakan bahwa kisah dan terciptanya perdamaian sejati tidak datang dari kata-kata, teori tidak logis, seruan dan slogan yang memperumit masalah atau dialog yang tidak didahului dengan niat yang tulus dan setia, melainkan dampak yang nyata. yang secara aktif berkontribusi bagi kemaslahatan umat manusia dengan menjaga keamanan, koeksistensi dan kerja sama serta meningkatkan persaudaraan.

"Semua penganut agama dan budaya adalah saudara kita dalam kemanusiaan, dan kita akan memperdalam persaudaraan ini untuk melakukan upaya perdamaian yang lebih nyata dengannya," ujarnya.

Dr. Al-Issa juga sempat mengulas beberapa posisi Islam dan manusia MWL yang dianggap sebagai inti dari kewajiban Islam dan moral untuk membangun masyarakat yang damai, aman dan sadar untuk mempromosikan budaya cinta dan hormat terutama untuk generasi mendatang, termasuk menanggapi permintaan bantuan Presiden Sri Lanka untuk mengakhiri ketegangan dan kebencian timbal balik di antara penganut agama setelah pemboman teroris di ibu kota, Kolombo.

Dia menunjuk pada hasil positif yang muncul setelah upaya dan diskusi dan dialog yang panjang, dan semua orang berkumpul kembali dan memuji pencapaian itu dalam perayaan bersejarah di hadapan beragam pemimpin agama dan politik.

Dr. Al-Issa juga merujuk pada inisiatif efektif MWL untuk menghadapi semua bentuk rasisme dan kebencian, dan marginalisasi peran perempuan di seluruh dunia. Dia juga merujuk pada pekerjaan MWL dalam menghadapi kemiskinan di seluruh dunia karena dianggap sebagai ancaman terbesar bagi keamanan manusia, dan bantuan kemanusiaannya kepada jutaan individu, keluarga, janda dan yatim piatu di seluruh dunia, tanpa diskriminasi, dan peningkatan kesejahteraan.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler