'Vaksin Hanya Salah Satu Modal Hadapi Pandemi'
Pandemi harus dihadapi dengan beberapa modalitas.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Departemen Biologi Molekuler FK Unika Soegijapranata Semarang, Sugeng Ibrahim mengatakan, vaksin hanya salah satu dari modal menghadapi pandemi. Menurutnya, yang perlu lebih difokuskan saat ini adalah bagaimana memutus penularan Covid-19.
Menurutnya, pandemi harus dihadapi dengan beberapa modalitas. Pertama, adalah obat yang bisa membunuh virus. Namun, obat sampai hari ini masih belum ada sehingga masyarakat tidak bisa bergantung pada modal ini.
Selanjutnya adalah memutus mata rantai penularan dengan gerakan memakai masker, menjaga jarak, dan cuci tangan. Presiden Joko Widodo bahkan mengeluarkan Inpres terkait hal ini. Menurut Sugeng, pertama kalinya dalam sejarah Presiden sampai harus menurunkan Inpres hanya agar masyarakat mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker.
Semua hal ini harus disiapkan agar Indonesia bisa menghadapi pandemi. Jangan sampai orang-orang merasa sudah akan ada vaksin sehingga melupakan protokol kesehatan. "Jadi ini soal perilaku. Jangan semua menggantungkan vaksin," kata Sugeng, dalam diskusi bertajuk 'Yakin dengan Vaksin?', Rabu (17/10).
Dia menjelaskan, vaksin saat ini masih belum selesai tahapan uji klinis. Jika vaksin Sinovac sampai dalam jumlah banyak di Indonesia pada November 2020, tidak bisa langsung disuntikkan kepada masyarakat.
Dia memperkirakan, vaksin tersebut baru bisa disuntikkan ke masyarakat pada Januari 2021. Proses vaksinasi tersebut pun tidak akan langsung diterapkan untuk semua masyarakat, melainkan bertahap. "Yang mau saya katakan, ini (vaksin) hanyalah upaya atau modalitas untuk memerangi pandemi. Yang paling penting kita meningkatkan kepatuhan, mengubah perilaku untuk mematuhi protokol. Itu modalitas utama," akta dia lagi.
Lebih lanjut, Sugeng juga meminta pemerintah transparan terkait perkembangan vaksin di Indonesia. Meskipun sudah dilakukan persiapan vaksinasi, Sugeng mengingatkan agar masyarakat tidak lupa bahwa November 2020 baru akan datang 10 juta vaksin. Setelah itu, perlu melalui berbagai proses hingga vaksinasi yang aman bisa dilakukan.
"Kalau saya, fokusnya Inpres itu. Tingkatkan kepatuhan kita atas protokol. Nah, kita tambal pakai vaksin," kata Sugeng menegaskan.