Menikmati Keindahan dan Sejuknya Taif (1)
REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Siwi Tri Puji B / Wartawan Republika
Menyelinaplah ke Taif, kota kecil di timur Makkah, Arab Saudi. Susuri liuk jalannya yang berkelok mendaki. Hirup dalam-dalam hawa segarnya, yang suhunya tak pernah beranjak di atas 27 derajat Celcius. Dan, jangan pernah terpejam, karena sekedip matapun terasa sayang melewatkan pemandangan yang sungguh elok itu; gemericik aliran sungai, aneka jenis burung dan serangga lalu lalang di antara perdu dan padang kaktus, serta tumbuhan hijau yang nama Latinnya bahkan mungkin belum teridentifikasi seluruhnya.
Keindahan Taif tercium sejak ckeckpoint pertama menjelang naik ke perbukitan cadas Al-Hada. Melihat jalan berliku sepanjang tebing dengan pendar lampu di sisi jalan, serasa melihat lukisan raksasa. Menjelang puncaknya, puluhan babon liar bertengger di bebukitan kecil di kanan kiri jalan seolah mengucap selamat datang.
Turun melalui jalan yang tak securam tanjakan pertama, hawa dingin mulai menerpa. Semilir angin yang menerobos lewat sela-sela ranting cemara, menyapu peluh tanpa sisa.
Di mata banyak orang, Taif adalah anomali. Di tengah gurun dan gunung cadas, Taif menjadi oase hijau yang menyejukkan. Betapa tidak. Timur Taif adalah lautan pasir yang masuk dalam wilayah Rub’al Khali, provinsi terkenal dimana Lawrence of Arabia dan pengelana Wilfred Thesinger pernah singgah, dan belakangan diklaim oleh banyak perusahaan minyak. Sebelah barat Taif adalah kota Makkah, lembah gersang tempat Baitullah berada.
Sementara di Taif, buah-buahan seolah tak mengenal musim. Kesuburan tanahnya membuat wilayah ini cocok bagi semua jenis buah-buahan, mulai dari jeruk, zaitun, apricot, anggur hingga almond dan delima. Selama berabad-abad hingga saat ini, Taif memasuk sebagian besar kebutuhan buah dan sayur-mayur bagi Makkah.
Barangkali benar apa yang diceritakan Mohsen Al-Dajani, fotografer terkenal Arab Saudi dan penulis buku Taif, Eden of Saudi Arabia dalam surat elektroniknya pekan lalu tentang legenda Taif: tempat ini merupakan sepotongan wilayah di Suriah yang dipindahkan Allah SWT ke lembah di sisi bukit Al-Hada sebagai jawaban atas doa Nabi Ibrahim AS. Saat meninggalkan Hajar dan Ismail putranya di lembah gersang Makkah, ia meminta agar kota itu dilimpahi air dan buah-buahan. Dan hingga kini, sayur, buah, dan madu mengalir tanpa jeda dari Taif ke Makkah.