Terancam Molor, MRT Tunggu Langkah Konkret PM Jepang
'PM Jepang sudah berikan statement memastikan MRT fase II ini berjalan lancar.'
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pembangunan MRT Segmen II (Harmoni-Kota) terancam molor karena tak ada kontraktor asal Jepang yang berminat. PT MRT menanti langkah konkrit Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga usai menyatakan komitmennya dalam kerja sama pembangunan MRT saat bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Selasa (20/10).
"Dari PM Jepang kan sudah memberikan statement untuk memastikan MRT fase II ini berjalan lancar, ya. Kita tunggu konkretnya seperti apa," kata Kepala Divisi Corporate Secretary PT MRT Jakarta (Perseroda) Muhamad Kamaluddin kepada Republika, Rabu (21/10).
MRT Fase II dibiayai Badan Kerja Sama Internasional Jepang (JICA) dengan skema special terms for economic partnership (tied loan) yang mensyaratkan kontraktornya harus dari Jepang. Namun kenyataanya, tak ada kontraktor asal Jepang yang berminat.
Menurut Kamal, pernyataan PM Suga harus ditindaklanjuti oleh JICA dan perwakilan Pemerintah Jepang yang berhubungan dengan MRT. "Kita perlu dorongan dari Pemerintah Jepang agar kontraktornya mau menggarap proyek MRT Fase II. Bagaimana konkritnya, itu yang kita tunggu," kata dia.
Di sisi lain, kata Kamal, PT MRT juga sudah merekomendasikan agar tender proyek ini dibuka untuk kontraktor internasional, tak hanya dari Jepang. Terutama paket CP 206 (pengadaan kereta). Rekomendasi itu kini sedang menunggu persetujuan JICA.
PM Jepang Yoshihide Suga, mengawali lawatan luar negeri perdananya dengan mengunjungi Indonesia. Suga dan rombongan diterima Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor, Selasa (20/10).
Dalam pertemuan tersebut, kedua kepala negara membahas kerja sama berbagai bidang. Di bidang ekonomi, PM Suga berkomitmen untuk meningkatkan kerja sama di bidang infrastruktur, seperti pembangunan MRT dan kereta semicepat jalur Jakarta-Surabaya.