Tiga Pukulan Telak Erdogan ke Macron
Hubungan Macron dan Erdogan kian memanas.
REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Langkah otoritas Prancis menampilkan kartu nabi Muhammad di gedung pemerintahan sebagai respons atas pembunuhan seorang guru menuai protes dunia Muslim. Salah satunya datang dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang memang dalam beberapa waktu terakhir bersitegang dengan Presiden Prancis Emanuel Macron. Erdogan menilai Macron telah kehiangan akal sehatnya.
Berikut tiga pernyataan Erdogan yang menyerang kredibilitas Macron.
Erdogan: Macron Melampaui Rasa tak Hormat
1. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, klaim Prancis soal Islam merupakan provokasi yang sangat berbahaya. Pernyataan Erdogan merespons perkataan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang mengatakan saat ini 'Islam dalam keadaan krisis.'
"Pernyataan Emmanuel Macron tentang 'Islam dalam krisis' di kota di mana mayoritas Muslim telah melampaui rasa tidak hormat, dan merupakan provokasi yang jelas," kata Erdogan pada pertemuan para pekerja masjid dan religius di ibu kota Turki, Ankara, dikutip laman Hurriyet Daily News, Rabu (6/10).
"Seorang presiden Prancis membuat pernyataan yang mendesak restrukturisasi Islam adalah "tidak sopan," ujarnya menambahkan.
Jumat lalu, 6 Oktober, Macron mengumumkan rencana kontroversial melawan apa yang disebutnya "separatisme Islam" di negara itu. Dalam pidatonya di pinggiran barat Paris Les Mureaux, sebuah wilayah dengan populasi Muslim yang besar, Macron mengklaim bahwa Islam mengalami krisis di seluruh dunia.
Pernyataan itu memicu kecaman di kalangan Muslim di seluruh dunia. "Menyerang Muslim telah menjadi salah satu alat terpenting bagi politisi Eropa untuk menyembunyikan kegagalan mereka," tegas Erdogan.
Erdogan pun mendesak Macron untuk bertindak seperti negarawan yang bertanggung jawab daripada berpura-pura menjadi gubernur kolonial. "Di banyak negara Barat, rasisme dan Islamofobia dilindungi oleh negara itu sendiri," ujar Presiden Turki.
2. Presiden Turki Tayyip Erdogan menyebut Presiden Prancis, Emmanuel Macron adalah orang yang membutuhkan perawatan mental. Pernyataan ini disebut dalam pidatonya menyusul sikap Macron terhadap Muslim dan Islam.
Seperti diketahui, sejak awal bulan ini, Macron berjanji untuk melawan "separatisme Islam", yang disebutnya mengancam mengambil kendali di beberapa komunitas Muslim di sekitar Prancis. Tak hanya itu otoritas Prancis juga menampilkan gambar kartun Nabi Muhammad di salah satu gedung pemerintah sebagai respons kemarahan atas pembunuhan guru Prancis.
"Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental," kata Erdogan dalam pidatonya di kongres provinsi Partai AK di kota Kayseri, Turki tengah dilansir dari reuters, Sabtu (24/10).
"Apa lagi yang bisa dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti ini kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?" tambah Erdogan.
3. Presiden Recep Tayyip Erdogan menegaskan bahwa Presiden Emmanuel Macron tidak bisa menguliahi Turki soal kemanusiaan. Pernyataan Erdogan itu disampaikan pada simposium yang diadakan di Pulau Demokrasi dan Kebebasan melawan kudeta.
“Anda [Macron] tidak memiliki pengetahuan tentang sejarah. Anda tidak tahu sejarah Prancis,” kata Erdogan seperti dilansir Anadolu Agency.
"Anda tidak bisa menguliahi kami tentang kemanusiaan," lanjut dia.
Presiden Turki kemudian mengenang pembantaian di Aljazair, yang menewaskan sekitar satu juta orang, dan di Rwanda, yang menewaskan 800.000 orang. “Jangan main-main dengan Turki dan orang-orang Turki,” tegas Erdogan.
Sebelumnya, menjelang KTT negara anggota Uni Eropa bagian selatan pekan lalu, Macron mengatakan, Prancis harus keras dengan pemerintah Turki dan bukan dengan rakyat Turki, yang berhak mendapatkan lebih dari pemerintahan Erdogan. "Turki tidak lagi menjadi mitra di wilayah Mediterania," kata presiden Prancis itu.
Dia mengklaim, sekutu NATO, Turki, melakukan tindakan yang tidak bisa diterima kepada kapal Prancis di lepas pantai Libya.