Ilmuwan Ungkap Rahasia Tinta yang Dipakai Bangsa Mesir Kuno
Teknologi abad ke-21 mengungkap rahasia tersembunyi tinta bangsa Mesir kuno.
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para peneliti menemukan komposisi tinta merah dan hitam dalam papirus Mesir kuno dari sekitar abad 100-200 Masehi. Temuan ini mengarah ke sejumlah hipotesis tentang praktik menulis yang dilakukan pada zaman dulu.
Penelitian ini dilakukan European Synchrotron Grenoble Prancis (ESRF) dan Universitas Kopenhagen di Denmark. Analisis berdasarkan teknik sinkrotron menunjukkan timbal mungkin digunakan sebagai pengering daripada zat warna.
Hal ini serupa dengan penggunaannya di Eropa abad ke-15 selama perkembangan lukisan cat minyak. Para peneliti telah mempublikasikan hasilnya dalam jurnal terbaru PNAS.
Di Mesir kuno, orang Mesir menggunakan tinta hitam untuk menulis bagian utama teks, sedangkan tinta merah sering digunakan untuk menyorot judul, instruksi, atau kata kunci. Selama dekade terakhir, banyak penelitian ilmiah telah dilakukan untuk menjelaskan penemuan dan sejarah tinta di Mesir kuno dan budaya Mediterania, misalnya Yunani kuno dan Roma.
Para ilmuwan menggunakan sinar-X yang kuat dari ESRF untuk mempelajari tinta merah dan hitam pada papirus dari perpustakaan kuil Tebtunis, satu-satunya perpustakaan institusi berskala besar yang diketahui selamat dari Mesir kuno.
Sampel yang dipelajari dalam proyek penelitian ini luar biasa. Sebab, sampel tidak hanya karena berasal dari perpustakaan candi Tebtunis yang terkenal, tetapi juga karena analisisnya mencakup sebanyak 12 fragmen papirus Mesir kuno. Semuanya bertuliskan tinta merah dan hitam.
"Dengan menerapkan teknologi canggih abad ke-21 untuk mengungkap rahasia tersembunyi teknologi tinta kuno, kami coba berkontribusi dalam mengungkap asal mula praktik menulis," kata ilmuwan ESRF Marine Cotte dilansir dari Phys, pada Selasa (27/10).
"Sesuatu yang sangat mencolok adalah kami menemukan timbal ditambahkan ke dalam campuran tinta, bukan sebagai pewarna, tetapi sebagai pengering tinta, sehingga tinta akan tetap berada di papirus," lanjut Cotte.
Para peneliti sampai pada kesimpulan ini karena mereka tidak menemukan jenis timbal lain. Misalnya timbal putih atau minium, yang seharusnya ada jika timbal digunakan sebagai pigmen.
"Fakta timbal tidak ditambahkan sebagai pigmen tetapi sebagai pengering menyimpulkan tinta memiliki resep yang cukup rumit dan tidak dapat dibuat oleh sembarang orang," ujar Thomas Christiansen selaku Egyptologist dari University of Copenhagen.
Fakta yang mengejutkan adalah resep tinta dapat dikaitkan dengan praktik melukis yang dikembangkan berabad-abad kemudian selama Renaisans.
Marine Cotte mengungkapkan pada Abad XV dimana seniman menemukan kembali lukisan cat minyak di Eropa, maka tantangannya adalah mengeringkan minyak dalam waktu yang sebentar. "Pelukis menyadari beberapa senyawa timbal dapat digunakan sebagai pengering yang efisien," ucap Cotte.