Kasus Macron dan Pelecehan Karikatur Nabi SAW Satukan Umat?

Dunia Islam bersatu mengutuk sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron

AP/Hani Mohammed
Seorang pengunjung sebuah supermarket di Yaman berdiri di samping rak kosong barang buatan Prancis di ibukota Yaman, Sanaa, Senin (26/10).
Rep: Kiki Sakinah Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sejumlah isu telah memecah belah umat Islam dalam beberapa tahun terakhir. Dalam konflik Suriah, misalnya, Turki dan Iran mendukung pihak yang berlawanan. 

Baca Juga


Sementara negara-negara Teluk memboikot negara tetangganya Qatar  dan Pakistan mengecam kurangnya dukungan dari Uni Emirat Arab (UEA) dalam perselisihannya atas masalah Kashmir dengan India.

Namun baru-baru ini, aksi dan pernyataan provokatif yang anti-Islam dari Presiden Prancis Emmanuel Macron telah menjadi landasan bersama bagi masyarakat dan sebagian besar pemimpin di dunia Muslim untuk bersatu. Seperti diketahui, Macron justru mendukung karikatur Nabi Muhammad SAW yang dianggap penghinaan oleh umat Islam. 

Dari mulai Rabat hingga Islamabad, Ankara hingga Teheran, Kairo, Dhaka dan Kuwait, umat Islam telah bereaksi dengan kemarahan terhadap sikap Prancis tentang Islam dan karikatur Nabi Muhammad.

Di Bangladesh, kota yang merupakan konsumen besar parfum dan kosmetik Prancis, puluhan ribu pengunjuk rasa mengambil bagian dalam aksi demonstrasi yang menyerukan pemboikotan barang-barang buatan Prancis.

Sementara toko-toko di Turki, Pakistan, Qatar, Kuwait, dan Yordania, menyingkirkan keju dan kosmetik Prancis dari rak mereka sebagai ungkapan kemarahan atas sikap agresif Macron.  

Sejumlah video yang diunggah daring, yang dibagikan orang-orang dari berbagai negara, menunjukkan staf di toko-toko melemparkan toples selai dan mie instan dengan lambang 'buatan Prancis" ke dalam troli dan membawanya pergi.  

Di tempat lain, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga mendukung seruan boikot terhadap produk Prancis. "Sama seperti mereka mengatakan 'Jangan beli barang dengan merek Turki' di Prancis, saya menyerukan kepada semua warga saya dari sini untuk tidak pernah membantu merek Prancis atau membelinya," kata Erdogan pada Senin lalu, seperti dilansir di TRT World, Kamis (29/10). 

BACA JUGA: Iran Tegaskan Normalisasi Hubungan Negara Arab-Israel tak akan Berlangsung Lama

Negara-negara seperti Pakistan, Turki, Kuwait, Iran, dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) semuanya mengecam pernyataan Macron dan upaya Prancis untuk menghubungkan Islam dengan terorisme. 

Di tengah upaya Prancis yang mengatakan mereka mengatasi 'Islam radikal', Macron berulang kali mencampurkan tindakan minoritas pinggiran dengan Islam normatif dengan mengadopsi poin pembicaraan pihak sayap kanan. 

Prancis sendiri memiliki populasi Muslim terbesar di banding negara Eropa lainnya. Sekitar 6 juta Muslim yang tinggal di Prancis, sejak lama mengeluhkan bahwa mereka merasa menjadi sasaran.  

Dalam sambutannya yang kontroversial, Macron menuduh Islam sebagai sebuah agama yang tengah dalam krisis. Ia juga menuduh Muslim menyimpan kecenderungan 'separatis'. Ucapannya itu kemudian menuai kritikan keras baik di Prancis maupun di luar negeri.  

Macron memperburuk situasi dengan pernyataan kontroversialnya setelah pembunuhan seorang guru bernama Samuel Paty, yang sebelumnya mempertunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya di kelas kebebasan berekspresi.

Bagi Muslim, penggambaran Nabi memang dilarang dalam Islam. Sebelumnya, penerbitan karikatur Nabi Muhammad yang pertama kali muncul di majalah Prancis Charlie Hebdo, telah mengakibatkan kekerasan.

Umat Muslim Pakistan menggelar aksi protes mengecam sikap Presiden Prancis Emmanuel Macron terkait karikatur yang menghujat Nabi Muhammad SAW serta menyerukan aksi boikot produk Prancis di Karachi, Selasa (27/10). - ( EPA-EFE/Shahzaib Akber)

Para pakar dan pemimpin di negara-negara Muslim sebenarnya telah memperingatkan bahwa menerbitkan materi yang dianggap merendahkan dengan kedok kebebasan berekspresi hanya akan mendorong intoleransi.

Namun, lebih buruk lagi, Macron justru malah memerintahkan menampilkan karikatur raksasa dari Nabi Muhammad untuk dipajang di gedung-gedung pemerintah. Hal demikian sebagai bentuk dukungan Macron terhadap penunjukan karikatur Nabi yang dianggap di Prancis tidak dilarang.

Sikap Macron dan Prancis tersebut semakin membuat umat Islam meradang. Di Facebook, misalnya, puluhan ribu pengguna terlibat dalam perdebatan tentang bagaimana Macron tampak menyerang Islam dengan kedok kebebasan berbicara. Banyak dari pengguna media sosial yang memperbarui foto profil mereka dengan gambar bertuliskan 'Hormati Muhammad'.

Meskipun mitra dagang terbesar Prancis adalah sesama negara Eropa, namun Prancis mengekspor barang senilai sekitar 45 miliar dolar ke negara-negara Muslim pada 2019. Prancis juga menarik banyak pendapatan dari penjualan senjata ke negara-negara Muslim, ketika kampanye untuk memboikot barang-barang Prancis mulai berkembang akhir-akhir ini.  

 

Sumber: https://www.trtworld.com/magazine/french-belligerence-unites-the-muslim-world-40982 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler