Sidebar

Kata-Kata Erdogan Dituduh Picu Serangan pada Warga Prancis

Friday, 30 Oct 2020 10:17 WIB
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan

IHRAM.CO.ID, PARIS — Prancis menuduh Presiden Turki, Recep Tayipp Erdogan dalam mengipasi kekerasan di Prancis. Hal itu, dilatarbelakangi oleh penyerangan di Nice yang menewaskan tiga orang, selain dari serangan di Konsulat Prancis di Jeddah, dan beberapa lainnya.

Menurut ahli radikalisasi di Prancis, Fethis Benslama, Erdogan menjadi pemicu dari kekerasan Islam terhadap warga Prancis. Dia menambahkan, pidato Erdogan yang menggambarkan Muslim saat ini diberlakukan seperti Yahudi di Eropa sebelum Perang Dunia II, menjadi alasan kekerasan terjadi.

"Erdogan benar-benar telah mengipasi kebencian ini. Orang-orang ini tahu betul ketika mereka menggunakan frase seperti itu di mana mereka akan memimpin,’’ kata dia mengutip The Age, Jumat (30/10).

Pembunuhan kedua sejak pemenggalan pada Samuel Paty yang merupakan guru dekat Paris itu, sambungnya, menjadi bukti. Terlebih, ketika korban tewas dari serangan terbaru di gereja di Nice tersebut, kata dia, berjumlah tiga orang.

"Retorika Presiden Erdogan terhadap Emmanuel Macron pekan ini sangat tidak tepat. Kata-kata memiliki konsekuensi," kata anggota parlemen Belgia Hilde Vautmans.

Sebelumnya, seorang penyerang berusia 21 tahun asal Tunisia diketahui menyerang pengunjung gereja tua di Notre-Dame Basilica. Ia memenggal pengunjung tersebut, sebelum akhirnya menikam tenggorokan sipir dan wanita kedua hingga meninggal.

Tersangka, Brahim Aoussaoui, mengatakan kepada polisi bahwa dia tiba di Prancis bulan lalu dari Lampedusa, tempat dia dikarantina virus sebelum dibebaskan dengan perintah untuk keluar dari wilayah Italia.

Menanggapi aksi lanjutan itu, Macron semakin geram dan menyatakan bahwa negaranya saat ini menjadi sasaran. Khususnya ketika mengungkit berbagai penyerangan pada warga Prancis.

"Prancis sangat jelas sedang diserang," kata Emmanuel Macron.

Selain serangan-serangan tadi, diketahui juga ada beberapa aksi yang gagal. Di Avignon, seorang pria bersenjata ditembak mati oleh polisi setelah dia menolak untuk menjatuhkan senjatanya.

Di Lyon, seorang tersangka Afghanistan yang membawa pisau ditangkap di dekat stasiun kereta api dan di Sartrouville, utara Paris, seorang pria ditangkap dengan pisau di dekat sebuah gereja setelah memberi tahu ayahnya bahwa dia berencana "melakukan apa yang di Nice".

Serangan tersebut mendorong Prancis untuk meningkatkan kewaspadaan terornya hingga level maksimum. Prancis juga menggandakan tentara yang bersiaga di jalanannya menjadi 7 ribu personel

"Saya mengatakannya dengan sangat jelas lagi hari ini. Kami tidak akan memberikan dasar apapun." ungkap Macron.


Berita terkait

Berita Lainnya