Sidebar

China Hilangkan Kubah dan Dekorasi Islam di Masjid-Masjid

Monday, 02 Nov 2020 11:28 WIB
Masjid di China (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China menghilangkan kubah dan elemen dekoratif lainnya dari masjid-masjid di negara itu. Menurut sebuah laporan di The Telegraph, langkah tersebut merupakan bagian dari upaya meleburkan budaya China guna menekan pengaruh Islam.

Masjid Nanguan di Yinchuan, ibu kota provinsi Ningxia, misalnya telah menghilangkan kubah hijau dan menara emasnya. Dalam gambar yang dibagikan secara daring oleh wakil kepala misi Inggris di China, Christina Scott, menunjukkan masjid tersebut telah diubah warna dan dekorasinya.

Tulisan 'Masjid Nanguan' tetap terpampang di bangunan masjid tersebut, namun ditulis dalam bahasa Mandarin. Di samping foto-foto itu, Scott menuliskan bahwa Pemandu perjalanan menyarankan Masjid Nanguan di Yinchuan layak dikunjungi.

"Hanya ini yang terlihat sekarang, setelah 'renovasi'. Kubah, menara, semuanya hilang. Tidak ada pengunjung yang diizinkan, tentu saja. Sangat menyedihkan," tulis Scott di samping foto yang ia bagikan secara daring, dilansir di Daily Mail, Senin (2/11).

Penghapusan serupa dari kubah bergaya Arab dan elemen-elemen masjid juga terlihat di Linxia, kota yang dikenal sebagai 'Makkah kecil' di provinsi tetangga Gansu. Langkah-langkah tersebut diambil seiring kampanye pemerintah China dalam menentang agama yang telah meningkat sejak Xi Jinping menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis China.

Partai Komunis Tiongkok yang berkuasa telah melakukan tindakan keras yang meluas di semua lembaga agama dalam beberapa tahun terakhir. Arahan yang relevan yang diberikan di antaranya membuldoser gereja dan masjid, melarang anak-anak Tibet belajar agama Buddha, dan memenjarakan lebih dari satu juta anggota etnis minoritas Islam di kamp yang disebut 'pendidikan ulang'.

Presiden Xi Jinping telah memerintahkan bahwa semua agama harus melakukan sinifikasi (sinicise) atau asimilasi dengan budaya China untuk memastikan mereka setia kepada partai atheis resmi tersebut.

Akhir tahun lalu, pemerintah pusat China memerintahkan untuk meninjau dan mengedit semua versi terjemahan dari buku-buku agama klasik, guna memastikan bahwa pesan mereka mencerminkan prinsip-prinsip sosialisme. Dalam hal ini, pejabat tinggi negara terkait masalah agama mengatakan edisi yang baru tidak boleh berisi konten apapun yang bertentangan dengan kepercayaan Partai Komunis.

Di China, masjid-masjid dan tempat ibadah lainnya harus terdaftar pada pemerintah sebelum dapat beroperasi secara legal. Setiap provinsi memiliki asosiasi keagamaannya sendiri, yang berada di bawah kendali biro urusan agama dan etnis setempat.


Berita terkait

Berita Lainnya