Laba Bersih Saudi Aramco Turun 44,6 Persen
Harga saham Aramco mengalami pukulan keras tahun ini.
REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI – Raksasa minyak milik Arab Saudi, Aramco, melaporkan penurunan laba bersih kuartal ketiga sebesar 44,6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Krisis kesehatan akibat virus corona (Covid-19) terus menekan permintaan dan membebani harga minyak mentah menjadi faktor penurunan tersebut.
Seperti dilansir di Reuters, Selasa (3/11), harga saham Aramco mengalami pukulan keras tahun ini. Sebab, para investor mengkhawatirkan dampak pandemi terhadap permintaan energi dan peralihan jangka panjang dari bahan bakar fosil.
Harga minyak yang mengalami tekanan mendorong Aramco dan perusahaan besar lainnya seperti Shell dan BP untuk memangkas belanja modal tahun ini dan tahun depan. Meski sempat pulih, perbaikannya hanya sedikit jatuh ke level terendah dalam hampir dua dekade pada Maret.
Margin penyulingan dan bahan kimia yang lebih lemah juga memukul laba bersih Aramco yang turun menjadi 44,21 miliar riyal (11,79 miliar dolar AS) selama kuartal ketiga. Realisasi ini sejalan dengan perkiraan analis sebesar 44,6 miliar riyal, namun turun dibandingkan pencapaian pada periode yang sama di tahun lalu, 79,84 miliar riyal.
Penurunan laba bersih Aramco terutama dikarenakan menyusutnya penjualan sebesar 20 persen secara tahunan menjadi 200 miliar riyal.
Meski demikian, Kepala Eksekutif Saudi Aramco Amin Nasser menilai, akan ada titik terang menuju akhir tahun. "Kami melihat adanya tanda-tanda pemulihan pada kuartal ketiga karena aktivitas ekonomi yang membaik," ujarnya.
Optimisme Nasser terefleksikan dengan tumbuhnya pendapatan perusahaan dibandingkan kuartal kedua 2020. Laba bersih Aramco tercatat naik hampir dua kali lipat dari 24,62 miliar riyal pada periode Maret hingga Juni. Perusahaan mengaitkan pertumbuhan itu dengan harga minyak yang lebih tinggi.
Saham Aramco sendiri naik sebanyak satu persen dan 0,6 persen lebih tinggi pada 34,4 riyal pada pembukaan pasar. Meski turun 2,3 persen dibandingkan tahun lalu, saham Aramco tetap mengungguli perusahaan lain seperti Exxon, BP dan Shell yang turun lebih dari 50 persen. Sementara, Chevron menyusut 40 persen.
Para analis menyebutkan, kondisi tersebut terutama dikarenakan kinerja pasar saham Saudi yang lebih luas. Di sisi lain, Aramco juga sudah menjamin pembayaran dividennya di tengah pandemi.
Aramco mengatakan akan membagikan dividen sebesar 18,75 miliar dolar AS untuk kuartal ketiga, sejalan dengan rencananya untuk membayar dividen dasar senilai 75 miliar dolar AS pada 2020.
Tapi, analis ekuitas di bank investasi EFG Hermes Yousef Husseini menjelaskan, Aramco masih memiliki tantangan ke depannya. Perusahaan kemungkinan meningkatkan pembiayaan utangnya dalam jangka pendek hingga menengah agar dapat mempertahankan dividen. Opsi lain, Aramco harus memangkas belanja modal lebih banyak.
Dividen dari perusahaan penghasil minyak terbesar dunia yang go public pada tahun lalu ini diketahui memainkan peran penting bagi negara. Khususnya dalam membantu pemerintah Saudi mengelola defisit fiskalnya.