90 Persen Kasus Meninggal Covid-19 Disertai Komorbid

Komorbid membuat gejala klinis Covid-19 menjadi lebih buruk.

AP/Jorge Saenz
Perawat melepas ventilator dan peralatan lain dari pasien Covid-19 yang meninggal. Faktanya, 90 persen orang yang meninggal dunia di Indonesia akibat terinfeksi Covid-19 ternyata memiliki penyakit penyerta atau komorbid.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Dessy Suciati Saputri, Antara

Hingga Kamis (5/11), sebanyak 14.348 orang telah meninggal akibat Covid-19 di Indonesia. Faktanya, 90 persen orang yang meninggal dunia akibat terinfeksi Covid-19 ternyata memiliki penyakit penyerta atau komorbid.

Dokter Spesialis Penyakit Dalam, Candra Wiguna, menjelaskan Covid-19 memiliki gejala klinis yang sangat luas. Mulai dari yang tidak bergejala sampai yang bergejala berat, bahkan bisa menyebabkan kematian.

"Pandemi Covid-19 yang sudah berjalan beberapa bulan ini menunjukkan total pasien yang menderita Covid-19 yang bergejala berat, bahkan sampai meninggal dunia ternyata lebih dari 90 persen di antara mereka juga memiliki komorbid. Selain itu kematian juga bisa terjadi akibat penderita sudah lanjut usia," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Cegah Covid-19 pada Orang dengan Komorbid, Kamis (5/11).

Ia menambahkan, komorbid bisa membuat gejala klinis Covid-19 lebih buruk karena menurunnya fungsi organ tubuh hingga daya tahan dalam dirinya. Ia menyebutkan, orang yang menderita penyakit-penyakit seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes mellitus (DM) membuat daya tahan tubuh lebih rendah dibandingkan orang yang tidak memiliki DM atau darah tinggi.

Tak hanya itu, ia menyebutkan penderita penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah, bahkan paru juga menyebabkan fungsi organ tubuhnya seperti jantung, paru mengalami penurunan dibandingkan yang belum mengalami penyakit tersebut. Kemudian, dia melanjutkan, penderita komorbid yang terinfeksi Covid-19 ternyata bisa merasakan sesak napas. Sesak ini bisa mengakibatkan penderita mengalami kegagalan napas dan butuh oksigen atau alat bantu napas (ventilator).

"Sehingga yang memiliki komorbid bisa mengalami gejala yang memberat dan meninggal dunia. Sedangkan kalau tidak memiliki komorbid biasanya gejalanya lebih ringan, hanya gejala umum seperti demam, sakit di sendi dan batuk ringan," katanya.

Ia meminta orang dengan komorbid harus lebih mengusahakan menerapkan protokol kesehatan 3M yaitu menjaga jarak, mencuci tangan memakai sabun, kemudian memakai masker. Ia menegaskan upaya ini tetap menjadi kunci pencegahan penularan.

Tak hanya itu, Candra juga berharap penderita komorbid ini bisa mengendalikan penyakitnya. Misalnya penderita hipertensi bisa berkonsultasi dengan dokternya dan membahas dosis minum obat penurun darah tinggi sampai mencapai target tensimeter yang diinginkan.

Demikian juga diabetes, ia bisa bertanya pada sang dokter mengenai meminum obat sampai gula darahnya terkendali, demikian juga jantung diharapkan bisa berkonsultasi dengan dokternya. Terkait banyak pasien khawatir datang ke rumah sakit karena takut bisa terinfeksi Covid-19 di fasilitas kesehatan, ia menyebutkan konsultasi virtual telemedicine bisa menjadi terobosan upaya baru.

Baca Juga


Penderita komorbid bisa berkonsultasi dengan dokternya untuk menentukan dosis obat. Ia menambahkan, jika konsultasi hanya bersifat ringan, terutama dosis obat yang dinaikkan arau diturunkan maka telemedicine bisa menjadi alternatif.



Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 Bidang Perubahan Perilaku Turro Wongkaren meminta seluruh lapisan masyarakat, baik yang memiliki komorbid dan tidak memang kini harus mengubah perilaku menerapkan protokol kesehatan. "Untuk komorbid bisa lebih hati-hati saat keluar rumah. Kemudian terapkan memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan memakai sabun (3M)," ujarnya.

Tak hanya itu, ia meminta penderita komorbid menerapkan iman, imun, dan aman. Ia menhelaskan iman yaitu terkait diri sendiri berkaitan dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Ia meminta masyarakat menjaga hati tetap gembira dan tetap berdoa karena apapun yang terjadi di luar kehendak manusia. Diharapkan kepercayaan semacam ini menimbulkan ketenangan hati dan hati menjadi gembira.

Kedua, dia melanjutkan terkait imun yang membuat daya tahan tubuh lebih tinggi, misalnya tidur cukup, berolahraga, ditambah minum berbagai multivitamin khususnya C, B Kompleks, dan D dan beberapa mineral seperti zinc. Ia menambahkan, jika iimun rendah biasanya lebih rentan terinfeksi dan kalau komorbid sudah terinfeksi bisa lebih berat kondisinya.

"Jadi, upaya ini perlu ditingkatkan dalam semua hal," katanya.

Sampai Kamis pukul 12.00 WIB total kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia telah mencapai 425.796 orang setelah terjadi penambahan hari ini sebanyak 4.065 orang. Data yang dikumpulkan sejak Rabu (4/11) sampai Kamis siang ini juga menunjukkan penambahan pasien sembuh dari penyakit yang menyerang pernapasan itu bertambah 3.860 orang menjadi 357.142 orang.

Menurut data yang diterima dari Satgas Penanganan Covid-19 di Jakarta pada Kamis itu, total kematian telah mencapai 14.348 setelah bertambah 89 orang pada hari ini.

Dengan demikian, sampai saat ini terdapat 54.306 kasus aktif atau pasien positif yang masih menjalani perawatan atau melakukan isolasi mandiri. Selain itu, terdapat juga 55.943 orang yang masuk dalam kategori saspek.

Angka penambahan kasus baru itu didapat setelah pada hari ini otoritas telah melakukan pemeriksaan 39.581 spesimen dari 31.306 orang di 426 laboratorium yang tersebar di seluruh Indonesia. Sampai hari ini total telah diperiksa 4.678.096 spesimen dari 3.001.189 orang sejak kasus pertama Covid-19 muncul di Indonesia pada Maret 2020.

Kasus Covid-19 telah ditemukan di 34 provinsi di Indonesia dengan 502 kabupaten/kota telah terdampak penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 itu. Lima provinsi yang melaporkan penambahan kasus terbanyak pada hari ini adalah DKI Jakarta dengan 797 kasus baru, Jawa Barat 627 kasus baru, Jawa Tengah 360 kasus baru, Kalimantan Timur 307 kasus baru dan Jawa Timur dengan 278 kasus baru.

Sementara itu, DKI Jakarta masih menjadi provinsi dengan total jumlah kasus terbanyak mencapai 109.411 kasus, dengan 98.715 orang di antaranya sudah dinyatakan sembuh dan 2.328 orang meninggal dunia. Hanya satu provinsi yang melaporkan ketiadaan kasus baru yaitu Gorontalo.

Pemerintah juga akan mewaspadai gelombang kedua Covid-19 di negara lain. Mobilitas masyarakat yang akan keluar negeri atau kembali dari luar negeri menjadi perhatian tersendiri.

“Kita juga harus menjaga dan screening mobilitas masyarakat atau penduduk keluar masuk Indonesia untuk menghindari adanya penambahan kasus akibat dari kunjungan penduduk yang masuk dari beberapa negara di Eropa,” ujar Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito saat konferensi pers, Kamis (5/11).

Wiku mengatakan, gelombang kedua Covid terjadi di beberapa negara akibat risiko penularan virus yang tidak terkendali. Hal ini disebabkan karena masyarakat setempat menganggap enteng pelaksanaan protokol kesehatan untuk menghindari penularan.

Ia pun mengingatkan agar masyarakat di Indonesia tetap menjaga disiplin protokol kesehatan sehingga tak terjadi lonjakan kasus seperti di negara-negara Eropa. Wiku mengatakan, patuh terhadap protokol kesehatan tak hanya akan melindungi diri sendiri dari penularan Covid, namun juga melindungi orang-orang terdekat.

“Jangan sampai hal ini terjadi kepada kita di Indonesia. Kami meminta kepada masyarakat agar tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan 3M dan juga jauhi kerumunan,” ucap dia.

Penyebaran Covid-19 - (Republika)




BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler