Pengadaan Vaksin Pfizer dan BioNTech Ditindaklanjuti
Pendekatan yang dilakukan bukan membeli vaksin tapi menjalin kerja sama internasional
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin buatan perusahaan Pfizer dan BioNTech berhasil menjalankan uji klinis terhadap 43.500 orang di enam negara dan diklaim tidak ada masalah keamanan. Pemerintah Indonesia telah menjalin kerja sama pengadaan vaksin dan menindaklanjuti pengadaan vaksin tersebut ke Tanah Air.
Tim Komunikasi Publik Satgas Penanganan Covid-19 Suryopratomo menyampaikan, pendekatan pengadaan vaksin yang dilakukan pemerintah bukanlah membeli vaksin Pfizer dan BioNTech melainkan menjalin kerja sama internasional. Semua negara tidak mungkin bisa bekerja sendiri dan harus bersama-sama di bawah koordinasi Organisasi Kesehatan Dunia PBB (WHO).
"Sejauh ini kerja sama sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Menteri Luar Negeri. Tentunya nanti akan ditindaklanuti oleh Kementerian BUMN," ujar Suryopratomo saat dihubungi Republika, Rabu (11/11).
Ia mengaku, Indonesia bersama seluruh bangsa di dunia turut berupaya menangani pandemi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19). Sejauh ini, Indonesia telah berkoordinasi dengan China, Inggris, dan Swiss. Tidak menutup kemungkinan Indonesia juga bekerja sama dengan Amerika Serikat (AS).
"Tetapi semua produk itu (vaksin Pfizer dan BioNTech) ketika sudah ditemukan harus dibagi secara merata ke seluruh dunia. WHO yang akan menetapkan, sehingga semua negara bisa mendapat pembagian yang adil," kata dia.
Sebelumnya, vaksin buatan perusahaan Pfizer dan BioNTech berhasil menjalankan uji klinis terhadap 43.500 orang di enam negara. Dari uji klinis, diklaim tidak ada masalah keamanan yang dikemukakan.
Perusahaan berencana untuk mengajukan persetujuan darurat untuk menggunakan vaksin tersebut pada akhir bulan. Uji coba di AS, Jerman, Brasil, Argentina, Afrika Selatan, dan Turki menunjukkan 90 persen perlindungan dicapai tujuh hari setelah dosis kedua.