Mengapa Muslim Bosnia Gembira Joe Biden Terpilih?
IHRAM.CO.ID, -- Manakala muncul pengumuman proyeksi kemenangan Joe Biden dalam pemilihan Presiden, maka segera saja bendera Amerika Serikat (AS) dikibarkan di luar perpustakaan nasional Sarajevo, di Bosnia. Fakta ini jelas menunjukan hubungan emosional antara Biden dengan rakyat Bosnia yang sebagian besar adalah Muslim itu.
Tak lama kemudian gambar Biden juga muncul di media massa di salah satu negara di kawasan Eropa yang secara masyoritas penduduknya beragama Islam tersebut. Foto Biden bersama duduk bersama dengan ikon Bosnia yang meninggal hampir tiga dekade lalu -presiden Bosnia, Alija Izetbegovic, di Sarajevo yang terkepung terpampang di mana-mana.
“Bosnia Remembers,” tertulis di bagian atas. “Persatuan atas Perbedaan,” begitu tulisan yang terpampang di Museum Nasional Sarajevo.
Tak hanya itu saja, Menteri Luar Negeri Bosnia Bisera Turkovic malahan termasuk di antara para pemimpin asing pertama yang memberi selamat kepada Biden atas kemenangannya. Dia dengan mengatakan "fajar baru ada di depan kita".
Memang, bagi banyak orang Bosnia, kepresidenan Biden juga bisa berarti dimulainya babak baru bagi Bosnia. Ini terjadi setelah 25 tahun sejak perjanjian perdamaian Dayton yang ditengahi AS ditandatangani untuk mengakhiri perang brutal di Bosnia.
Dari April 1992 hingga Desember 1995, Bosnia diserang oleh pasukan Serbia dan Kroasia yang bertujuan untuk membagi negara itu menjadi Serbia Besar dan Kroasia Raya.
PBB dan NATO memberlakukan embargo senjata sejak awal. Tetapi,karena pasukan penyerang sudah bersenjata lengkap, embargo tersebut gagal dan malah memberi kerugian besar hanya bagi orang-orang Bosnia yang tidak berdaya. Kala itu rakyat Bosnia sama sama sekali tidak siap saat pecah perang.
Keterangan foto: Senator muda Joe Biden berbicara dengan Presiden Bosnia saat itu Alija Izetbegovic di Sarajevo, Bosnia 9 April 1993 [File: Chris Helgren / Reuters]
Dengan pembantaian yang terjadi di seluruh Bosnia yang berpuncak pada genosida di Srebrenica pada Juli 1995, kala itu pun sempat ada seorang pejabat Inggris kemudian berbicara tentang pemulihan Kristen Eropa di Bosnia. Pernyataan tersebut memang “menyakitkan namun realistis” yang itu kemudian terungkap dalam sesi rekaman dengan Presiden Bill Clinton sekitar 15 tahun kemudian.
Biden adalah pemain kunci dalam membuat AS dan NATO campur tangan di Bosnia. AKhirnya, ini mengarahkan pada perjanjian damai November 1995, yang dirancang di sebuah pangkalan udara di Dayton, Ohio.
Ismail Cidic, presiden Pusat Advokasi Bosnia mengatakan kepada Al Jazeera bahwa kemenangan Biden menghadirkan "peluang potensial" bagi Bosnia.
“Meskipun dia seorang Demokrat, dia secara konsisten menentang Clinton karena tetap embargo senjata di Bosnia. Dapat dikatakan bahwa saat ini tidak ada pemimpin dunia yang memiliki pemahaman yang lebih baik tentang peristiwa di masa lalu, serta baru-baru ini, di kawasan Balkan dan khususnya, di Bosnia," kata Cidic.
Bagi Reuf Bajrovic, salah satu ketua organisasi Aliansi AS-Eropa, menilai kemenangan Biden 'tidak mungkin dilebih-lebihkan dalam hal lintasan sejarah Bosnia'.
"Sistem pemerintahan Bosnia bergantung pada OHR (Kantor Perwakilan Tinggi) - yang secara langsung bergantung pada dukungan AS," kata Bajrovic kepada Al Jazeera.
“Pemerintahan Biden dapat membuat perbedaan yang sangat besar di Bosnia. Ini karena Perjanjian Perdamaian Dayton telah memiliki mekanisme bawaan untuk keberhasilan keterlibatan AS. Kemauan politik AS adalah bahan utama yang hilang. Biden harus menyediakan banyak itu, ” kata Bajrovic.
Dukungan teguh dari AS
Ketidakstabilan politik telah mengikuti penarikan nyata kebijakan AS dan Uni Eropa dari kawasan tersebut selama bertahun-tahun. Selama kampanye pemilihannya, Biden pun menegaskan kembali komitmennya untuk Bosnia dan Kosovo.
Joe Biden tahu bahwa agar Bosnia dan Herzegovina berhasil, maka dibutuhkan dukungan yang teguh dari Amerika Serikat. Sayangnya, di bawah Presiden Trump, pengaruh AS di kawasan itu telah memudar karena pemerintah telah menjadikan Uni Eropa sebagai musuh strategis dan mempertanyakan nilai aliansi NATO.
Bagi rakyat dan elit Bosnia, sosok Joe Biden telah terbukti berkomitmen untuk selalu melawan kebencian dan mendukung kedaulatan Bosnia dan Herzegovina atas integritas wilayah dan karakter multietnis.
Dan kalimat terakhir itulah yang kini diyakini menyinggung dorongan baru oleh nasionalis Serbia dan Kroasia agar terjadi perpecahan dan pemisahan lebih lanjut di Bosnia. Kesan ini sudah mulai muncul kembali dalam berita.
Kenyataan mulai dikulik timbulnya perpecahan tersebut muncul ketika para pendukung batas etnis di Bosnia mulai menemukan audiensi dengan administrasi dan afiliasi kaa Trump berkuasa. Pembicaraan tentang menggambar ulang perbatasan Kosovo, dan Republika Srpska, serta adanya entitas yang dikelola Serbia di Bosnia, dorongan untuk memisahkan diri, ditanggapi dengan serius untuk pertama kalinya saat itu.
Keterangan foto: Senator Joe Biden saat itu berbicara kepada wartawan di depan pengangkut personel lapis baja PBB Denmark di bandara di Sarajevo, Bosnia pada tanggal 9 April 1993 [File: Chris Helgren / Reuters]
Nermin Bibic, 28, seorang Amerika Bosnia yang tinggal di North Carolina, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa bagi rakyat Bosnia dan Kosovo, terpilihnya Biden merupakan harapan bahwa Amerika Serikat akan sekali lagi memainkan peran aktif di wilayah Balkan dan melawan pengaruh bermusuhan dari pemerintah Rusia, yang telah melancarkan perang institusional melawan pemerintah Bosnia melalui [partai nasionalis Serbia dan Kroasia] SNSD - proxy HDZ ”.
Bagi rakyat Bosnia mereka tahu bahwa negaranya dianggap sebagai "medan pertempuran" baru antara NATO dan Rusia. Ini dilakukan dan ditengari dengan analisa untuk memperingatkan bahwa Rusia telah merusak stabilitas Bosnia melalui proksi lokal untuk menjaga negara itu dari NATO.
“Akankah itu terjadi? Waktu akan menjawabnya, tetapi akan membutuhkan kemauan rakyat untuk menuntut perwakilan terpilih mereka,'' katanya.
Semua warga Bosnia tahu para kecamuk perang Bosnia, ada saat itu, Senator Biden memainkan peran kunci dalam upaya mencabut embargo senjata. Selain itu dia secara aktif menyerukan intervensi AS untuk mengakhiri genosida dan pembersihan etnis terhadap penduduk non-Serbia di Bosnia.
Sikap Biden ini bagi mereka yang terkepung di Bosnia saat itu, dukungannya sangat terasa. Ini terutama karena beberapa komunitas internasional mendukung pemekaran negara yang berpenduduk Muslim besar itu.