Jokowi: Kebebasan Berekspresi tidak Absolut
Jokowi mengatakan, nilai, lambang, dan sensitivitas agama perlu terus dihormati.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menyinggung mengenai kebebasan berekspresi yang dianggap kebablasan. Ia mengatakan Indonesia menganut kepercayaan bahwa kebebasan berekspresi tidak bersifat absolut.
Jokowi mengatakan, nilai, lambang, dan sensitivitas agama perlu terus dihormati. "Di saat yang sama, Indonesia mengutuk segala bentuk kekerasan dengan alasan apapun. Terorisme tidak ada kaitannya dengan agama," ujar Jokowi dalam pidato Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-11 ASEAN-PBB yang digelar secara virtual, Ahad (15/11).
Jokowi tidak menjelaskan rinci ucapannya tersebut untuk siapa. Namun, konteksnya relevan dengan kejadian yang terjadi di Prancis.
Akhir Oktober lalu, Presiden Jokowi juga sempat menyampaikan kecamannya terhadap Presiden Prancis Emmanuel Macron yang dianggap menghina agama Islam. Seperti diketahui, kebebasan berekspresi yang dianut Prancis menjadi landasan pemuatan karikatur Nabi Muhammad SAW.
Presiden lantas mendesak Sekjen PBB untuk terus bekerja sama memperkuat toleransi, mencegah ujaran kebencian, dan menolak kekarasan atas alasan apapun.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menambahkan, pernyataan Presiden Jokowi mengenai perlunya penguatan kerja sama toleransi dan mencegah ujaran kebencian ini, secara khusus mendapat tanggapan positif dari Sekjen PBB. "Presiden juga menyampaikan bahwa keberagaman, toleransi, dan solidaritas merupakan fondasi yang kokoh bagi dunia yang damai, aman, dan stabil," kata Retno.