Masa Pandemi, Perbankan Pacu Penyaluran Kredit Properti
Sektor properti menjadi salah satu penyumbang ekonomi terbesar di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Real Estate Indonesia (REI) menyebut sektor properti menjadi salah satu penyumbang ekonomi terbesar di Indonesia. Setidaknya ada 175 industri yang terkait dengan industri properti, dengan 30 juta pekerja sektor ini.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat REI Hari Gani mengatakan saat ini pemerintah sedang menyusun Perpres dan PP yang merupakan aturan turunan dari UU Cipta Kerja. DPP REI telah membentuk 15 tim untuk memberikan masukan pada pemerintah.
“Yang terkait industri properti terkait setidaknya dengan lima PP turunan dari UU Cipta Kerja, mulai dari PP sektor PUPR hingga PP tentang pengadaan lahan,” ujarnya kepada wartawan, Senin (16/11).
Menurutnya keberhasilan uji coba salah satu vaksin corona penghujung tahun ini mencapai 90 persen telah memunculkan optimisme akan bangkitnya sektor properti yang sempat terpuruk. Optimisme makin bertambah dengan adanya UU Cipta Kerja yang diyakini mampu memperlancar perekonomian pasca Covid-19.
Sementara Commercial and Business Development Director AKR Land Alvin Andronicus menambahkan saat ini pasar properti mulai bergairah dan semakin baik pada tahun depan. Hal ini karena keberhasilan uji coba vaksin corona mencapai 90 persen.
“Pasar saham melonjak ke rekor tertinggi, kita tahu ini terjadi setelah Pfizer dan BioNTech mengumumkan bahwa vaksin virus corona yang mereka buat 90 persen efektif. Karena itu tahun depan, saatnya para pelaku industri properti bangkit, seperti macan turun gunung,” katanya.
Mortgage Business and Indirect Auto Group Head, CIMB Niaga, Heintje Mogi, menuturkan semasa Covid-19 CIMB Niaga melakukan berbagai inovasi untuk bisa bertahan dari badai covid-19. Meski target tertekan, namun kredit properti CIMB Niaga bisa tetap tumbuh.
“Saya ajak tim saya untuk tidak hanya berpikir out of the box tetapi no box, bahkan kita CIMB tidak ikut trend tetapi melawan trend itu. Ini pula yang menjadikan CIMB niaga bisa tumbuh 7,9 persen year on year (yoy) masa Covid-19,” ucapnya.
Diakui, target penyaluran kredit properti yang mencapai Rp 11,5 triliun sampai dengan akhir tahun ini sulit tercapai. Namun keberhasilan pertumbuhan yang mencapai 7,9 persen yoy, merupakan pencapaian yang sangat baik pada tahun covid-19.
Pengamat dari Epic Property, M Gali Ade Novrans mengatakan, dampak pandemi covid-19 membuat industri properti sedikit kontraksi. Selain itu, lanjutnya, Covid-19 telah secara tidak langsung mempercepat transportasi industri properti dari konvensional ke dunia digital.
“Pada project yang dikelola epik angka pertumbuhannya mencapai 28 hingga 30 persen. Transaksi properti baik primer maupun sekunder trendnya terus meningkat,” ucapnya.
Ditambahkan, masa covid-19 bisa menjadi pelajaran tersendiri bagi industri properti bagaimana bertahan, beradaptasi dan harus bisa berinovasi. Menurutnya tahun depan semua industri akan bangkit sering ditemukannya vaksin corona.
“Saya selaku pelaku properti selalu berfikir positif. Dengan ditemukannya vaksin lima tahun kedepan Covid-19 bisa dianggap seperti penyakit flu biasa saja,” ucapnya.
Direktur Consumer dan Commercial Lending PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk Hirwandi Gafar mengungkapkan perseroan memproyeksikan penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) akan lebih tinggi. Optimisme ini didorong sejumlah faktor diantaranya anggaran FLPP meningkat menjadi Rp 16,63 triliun bagi 157.500 rumah pada 2021.
Selain itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 diperkirakan kisaran 4,5 persen hingga 5,5 persen. Adanya kebiasaan gaya hidup baru, lebih banyak orang bekerja dan berinteraksi dari rumah juga ikut menjadi faktor pendorong.
Di samping itu, perkiraan vaksin mulai bisa digunakan di Indonesia pada awal tahun depan sehingga ekonomi dan bisnis akan bergerak ke arah yang lebih positif. “Kami berkeyakinan serapan tinggi pada 2021 karena rumah merupakan kebutuhan paling pokok saat ini, orang lebih banyak berada di rumah,” tuturnya.
Direktur Utama TMA Group Tuti Mugiastuti mengungkapkan tiga bulan pertama pandemi mengalami penurunan mencapai 60 persen, tetapi pada Agustus- oktober permintaan KPR meningkat kembali pada kalangan menengah ke bawah karena strategi pemasaran yang mengadakan promo besar besaran.
“Prospeknya apapun kondisinya rumah subsidi akan tetap diminati karena adanya bantuan dari pemerintah. Perumahan subsidi adalah jawaban yang tepat untuk masyarakat indonesia karena memang pendapatan rata rata Rp 4 juta per bulan,” ungkapnya.