Proyek Strategis Nasional Hilirisasi Nikel Terus Dipercepat
daya saing industri nikel nasioanl terus diprkuat
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) terus mengakselerasi hilirisasi nikel melalui percepatan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo.
Langkah ini sebagai wujud komitmen pemerintah untuk memperkuat daya saing industri nasional di tingkat dunia dan meningkatkan nilai tambah komoditi nikel.
Asisten Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenkomarves Tubagus Nugraha saat berkunjung ke lokasi pembangunan smelter PT Ceria Nugraha Indotama (CNI), baru-baru ini menyatakan, pemerintah terus mempercepat realisasi PSN.
"Pemerintah akan memberikan berbagai fasilitas perizinan baik yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah yang memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan," kata Tubagus, Kamis lalu (19/10).
Salah satu yang menjadi fokus pemerintah saat ini, tambah Tubagus, mempercepat proyek strategis nasional melalui pembangunan smelter nikel di Sulawesi.
Pasalnya, Sulawesi menjadi episentrum nikel di Indonesia. Berdasarkan pemetaan Badan Geologi pada Juli 2020, Indonesia memiliki sumber daya bijih nikel sebesar 11.887 juta ton (tereka 5.094 juta ton, terunjuk 5.094 juta ton, terukur 2.626 ton, hipotetik 228 juta ton) dan cadangan bijih sebesar 4.346 juta ton (terbukti 3.360 juta ton dan terikira 986 juta ton). Sedangkan untuk total sumber daya logam mencapai 174 juta ton dan 68 juta ton cadangan logam.
Area Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku Utara punya potensi yang terbesar di Indonesia sampai dengan saat ini.
Selain meninjau smelter milik PT CNI, Tubagus dan rombongannya juga meninjau lokasi lain yang masuk program PSN yaitu Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Morowali dan Virtue Dragon Nickel Industry (VDNI) di Konawe.
"Sebagai Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), Indonesia harus bangga dengan langkah PT CNI yang sangat strategis ini. Kami akan mendukung agar PSN ini berhasil," ujarnya dalam pertemuan Debottlenecking Pembangunan Smelter PT Ceria Nugraha Indotama, di Kolaka, Sultra, Kamis lalu itu.
Menurut Tubagus, Kabupaten Kolaka menjadi salah satu lumbung Nikel Indonesia. Oleh karena itu, dengan menjadikan smelter PT CNI sebagai PSN, hilirisasi nikel akan menghasilkan nilai tambah dan mendorong percepatan ekonomi daerah dan nasional.
"Dan yang paling penting menciptakan lapangan kerja. Kami perkirakan, jika smelter PT CNI beroperasi akan melebihi 4000 tenaga kerja yang terserap," imbuhnya.
"Hal utama yang harus dipercepat adalah izin Hak Guna Bangunan (HGB), dukungan energi listrik dan rencana pembangunan smelter," imbuhnya.
Deputi Direktur PT CNI Djen Rizal menjelaskan bahwa sebagai PMDN, PT CNI berkomitmen penuh dalam program hilirisasi nikel dan cobalt untuk mendukung industri mobil listrik.
Menurut Djen Rizal, saat ini PT CNI sedang membangun pabrik pengolahan bijih Nikel Saprolit dengan teknologi RKEF yang terdiri dari total 4 line masing-masing 72 MVA, Rectangular Furnace melalui 3 fase pembangunan (setara 8 line 36 MVA Circular Furnace). Phase 1: 1 line 72 MVA, Phase 2: 1 line72 MVA, Phase 3: 2 line 72 MVA.
Total umpan pabrik 5.600.000 ton per tahun 1,59 persen Ni. Pembangunan dilakukan oleh konsorsium BUMN China ENFI dan BUMN Indonesia PT Pembangunan Perumahan (PP) dimana masing-masing merupakan BUMN yang terkemuka dalam bidangnya.
Untuk produksi, rencana 252,000 ton per tahun Ferronickel (FeNi) 22 persen Ni. Total tenaga listrik diperlukan sebesar 350 MW dari PLN. Umur pabrikdari suplai bijih tambang PT CNI sendiri diperkirakan mencukupi lebih dari 20 tahun operasi (berdasarkan estimasi sumber daya dan cadangan saat ini dari suplai bijih nikel yang di tambang sendiri di WIUP CNI).
PT CNI juga akan membangun pabrik pengolahan bijih Limonit dengan teknologi HPAL yang akan mengolah 6.800.000 ton bijih pertahun dengan rencana produksi lebih dari 103.000 ton MHP per tahun (40.050 ton Nikel dan 4.118 ton Cobalt).
"Kapasitas listrik yang dibutuhkan sebesar 350 MW dengan umur pabrik diperkirakan dapat mencapai lebih dari 20 tahun operasi," jelasnya.