Mahathir Tanggapi Tuduhan Halangi Anwar Ibrahim Jadi PM
Mahathir sempat berjanji akan memberikan jabatan PM kepada Anwar Ibrahim
REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Mantan Perdana Menteri Malaysia Tun Dr Mahathir Mohamad menanggapi opini yang berkembang bahwa dirinya merupakan orang yang menghalangi pemimpin oposisi Dato' Seri Anwar Ibrahim untuk menjadi perdana menteri.
"Benar dahulu saya berpendapat bahwa karena sebab tertentu dia tidak layak untuk menjadi Perdana Menteri Malaysia. Tetapi apabila Najib Razak (mantan perdana menteri) menjadi kleptokrat, saya sanggup bekerja sama dengan Anwar untuk jatuhkan Najib," ujarnya melalui blog yang ditulisnya di Kuala Lumpur, Sabtu (21/11).
Mahathir mengatakan dirinya tidak menentang rencana Pakatan Harapan (PH) bahwa Anwar akan menggantinya apabila dirinya meletakkan jabatan. Namun, belum sampai waktunya teman-teman Anwar mendesak supaya dirinya meletakkan jabatan.
"Pada 21 Februari 2020, saya diberitahu oleh Muhyiddin dan beberapa pemimpin Bersatu bahwa pada malam itu Musyawarah Majelis Presiden PH akan mendesak supaya saya meletakkan jabatan untuk Anwar dilantik sebagai Perdana Menteri. Konon saya akan dipaksa lantik Anwar sebagai Wakil Perdana Menteri dengan segera," katanya.
Dia mengatakan tujuan Muhyiddin ialah supaya dirinya setuju Bersatu keluar dari Pakatan Harapan untuk menjatuhkan pemerintah Pakatan Harapan (PH).
"Muhyiddin, Azmin Ali (Menteri Perekonomian yang membelot dari PKR) dan Hamzah (Menteri Dalam Negeri) sudah merancang untuk bekerja sama dengan Mufakat Nasional (koalisi UMNO dan PAS) untuk mendirikan pemerintah baru mengganti PH," katanya.
Mahathir menuturkan Azmin Ali pula telah membenarkan apabila rencana tersebut di atas dibuat dalam Majelis Presiden PH dia akan walk out.
"Tetapi pada malam itu musyawarah Majelis Presiden PH, setelah berbincang dengan panjang lebar, setuju supaya saya diberi kuasa untuk meletakkan jabatan sewaktu-waktu yang saya pilih. Ini bermakna PH masih mendukung saya," katanya.
Mahathir mengatakan PH jahat untuk menolak dirinya tidak menjadi kenyataan seperti yang didakwa oleh Muhyiddin dan teman-temannya.
"Saya berpendapat tidak ada sebab kenapa saya perlu setuju untuk Bersatu keluar dari PH," katanya.
Pada 23 Februari, ujar dia, dirinya telah memberitahu kepada Muhyiddin bahwa rencana Bersatu keluar dari Pakatan Harapan perlu ditangguhkan karena PH masih mendukung dirinya sebagai perdana menteri.
"Pendek cerita Majelis Pimpinan Tertinggi Bersatu tolak rekomendasi saya dan setuju Bersatu keluar dari PH dengan serta-merta. Ada yang menggebrak meja dan dengan lantang mendukung Muhyiddin untuk keluar dari PH," katanya.
Mahathir mengatakan kepercayaan dirinya sebagai ketua partai sudah tidak ada dan keputusan itu juga bermakna Bersatu sudah keluar dari PH dan pemerintah PH sudah jatuh. Jika dirinya tidak lagi Ketua Bersatu dan PH bukan lagi pemerintah, ujar dia, pihaknya sudah tidak lagi menjadi perdana menteri.
"Pada malam itu Muhyiddin Yasin bersama pemimpin-pemimpin UMNO dan PAS telah berada di Hotel Sheraton. Kesanggupan Muhyiddin sebagai Presiden Bersatu berada bersama dengan musuh PH bermakna bahwa rencana membentuk pemerintah Perikatan Nasional sudah jadi kenyataan," katanya.
Pernyataan Mahathir tersebut juga diunggah ke Twitter pribadinya. Mayoritas netizen menyalahkan pendiri Partai Pejuang tersebut karena tidak menyerahkan kekuasaan kepada Anwar Ibrahim sebagaimana perjanjian di PH.