PM Inggris Dorong G20 Lebih Aktif Hadapi Perubahan Iklim
PM Inggris berharap G20 dapat menyepakati visi ambisius untuk perubahan iklim
REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Inggris Boris Johnson akan mendorong negara-negara yang tergabung dalam 20 ekonomi utama dunia (G20) untuk berperan lebih aktif dalam menghadapi perubahan iklim. Sehingga, warga dunia dapat lebih cepat mengantisipasi dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim seperti naiknya permukaan air laut, anomali cuaca, dan berbagai bencana alam.
"Saya mendorong pemimpin negara-negara anggota G20 ikut menyampaikan komitmennya dan memperkuat upaya bersama mengerahkan seluruh kemampuan serta sumber daya yang ada menghadapi pandemi (Covid-19) dan melindungi planet untuk masa depan generasi penerus," kata PM Johnson lewat sambutannya beberapa jam jelang pertemuan para pemimpin negara anggota G20, Sabtu (21/11).
PM Johnson berharap pertemuan tingkat tinggi yang berlangsung lewat ruang virtual dari Riyadh, Arab Saudi, pada Sabtu, para pemimpin G20 dapat menyepakati visi yang ambisius dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.
"Kita hanya akan dapat melihat masa depan jika negara-negara yang ekonominya maju melakukan langkah yang ambisius dalam menghadapi dampak perubahan iklim," kata PM Johnson lewat rekaman video yang disiarkan oleh otoritas di Arab Saudi, selaku penyelenggara pertemuan dan ketua G20 tahun ini.
Dalam kesempatan itu, ia mengapresiasi langkah Pemerintah Arab Saudi yang mulai menggunakan energi ramah lingkungan, meskipun negaranya merupakan salah satu penghasil utama bahan bakar minyak dan gas bumi.
"Jika kita hari ini ada di Arab Saudi, maka kita harus mengunjungi Neom, kota yang sempat saya kunjungi sebelum dibangun beberapa tahun lalu. Di atas tanah-tanah penghasil minyak bumi, Neom justru memanfaatkan tenaga hidrogen yang ramah lingkungan dan energi surya yang tidak akan habis. Kota Neom, visi Kota Neom, merupakan simbol dari cita-cita bersama untuk masa depan," kata PM Johnson.
Neom merupakan kawasan industri di Arab Saudi, yang luasnya diperkirakan 33 kali lebih besar dari Kota New York di Amerika Serikat. Lokasi Neom berada di Provinsi Tabuk, tepatnya di pesisir Laut Merah. Pembangunan tahap pertama Neom ditargetkan selesai pada tahun ini dan tuntas sepenuhnya pada 2025, kata Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman pada 2018.