Pemkot Tangsel Matangkan Skema Sekolah Tatap Muka
Diantara skema itu adalah mengatur pergantian shift antar kelas dan kerumunan siswa
REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Wali Kota Tangerang Selatan, Airin Rachmi Diany mengatakan, pihaknya tengah mematangkan skema dan aturan sekolah tatap muka yang wacananya akan dimulai pada Januari 2021 mendatang. Dia memastikan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan disiapkan untuk kegiatan belajar mengajar di tengah pandemi Covid-19.
“Sedang digodok oleh Dinas Pendidikan. Ada beberapa skema yang sedang diteliti, tetapi yang pasti sarana dan prasarana kita siapkan,” kata Airin seusai menghadiri acara Hari Ulang Tahun Kota Tangsel ke-12 di Pusat Pemerintahan Kota (Puspemkot) Tangerang Selatan pada Rabu (25/11).
Airin menjelaskan, diantara skema tersebut diantaranya, memperhatikan alur keluar masuk anak didik di sekolah dan pergantian shift antar kelas. Dia lebih menekankan tentang bagaimana mengantisipasi terjadinya kerumunan dan bergerombolan yang kerapkali terjadi diantara anak-anak di lingkungan sekolah.
“Dipastikan untuk kesehatan anak-anak. Untuk kerumunannya itu perlu diperhatikan betul, kan kalau anak-anak dia tahu pakai masker, harus mencuci tangan, tapi kalau ketemu teman-teman masih (berkerumun), ya namanya anak-anak, itu yang saya pikirkan betul, walaupun sarana dan prasarana sudah kita siapkan,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangerang Selatan, Taryono menerangkan sejumlah skema yang akan diterapkan nantinya dalam proses kegiatan belajar mengajar tatap muka. Dia menyebut siswa yang hadir di sekolah hanya sepertiganya saja atau sekitar 30 persen. “Dua pertiga lainnya tetap belajar di rumah. Bergantian, jadi sesuai amanat Menteri pakai shift,” ujarnya.
Dia mencontohkan, misalnya kelas I ada 30 orang dibagi dalam kelompok A, B, dan C. Yang masuk pada hari Senin adalah kelompok A, sementara kelompok B dan C belajar di rumah. Pada Selasa dihadiri kelompok B, sehingga kelompok A dan C yang dijadwalkan belajar di rumah. Lalu kelompok C masuk pada Rabu, sedangkan kelompok A dan B belajar di rumah. Begitu seterusnya.
Adapun, terkait dengan bobot pembelajaran, Taryono menjelaskan, akan dirancang kurikulum darurat terkait sekolah tatap muka di tengah pandemi Covid-19. “Kurikulum darurat adalah kurikulum yang disesuaikan dalam artian KD atau kompetensi dasar itu yang esensial saja. Dan nanti maksimal belajar di sekolah juga hanya dua jam, 2x60 menit. Kalau di SMP bisa empat mata pelajaran,” terangnya.
Taryono melanjutkan adanya beberapa hal juga perlu diwaspadai dalam proses sekolah tatap muka terkait kondisi anak serta para walinya. “Pertama, apakah di rumahnya ada paparan Covid-19, kalau ada tidak boleh dia masuk. Kedua, perjalanan dari rumah ke sekolah seperti apa. Ketiga, ketika sudah ada di sekolah orang tua tidak boleh berkerumun,” jelasnya.
Orang tua atau wali murid, kata Taryono, diharapkan bisa memperhatikan sejumlah hal yang menjadi kewaspadaan. Misalnya, memastikan anak diantar oleh mereka. Anak didik diupayakan tidak menggunakan kendaraan umum kecuali jika terpaksa. Jika menggunakan transportasi umum, disarankan untuk menggunakan pakaian yang berbeda dengan saat tiba di sekolah. Dia meminta bagi orang tua untuk cukup mengantarkan anak-anaknya sampai di sekolah, lalu pulang untuk mengantisipasi adanya kerumunan di sekolah.
Terhadap anak-anak didik, nantinya akan ada sejumlah protokol kesehatan yang dilakukan saat tiba di sekolah, mulai dari pengecekan suhu tubuh hingga masuk ke dalam kelas dan akhirnya pulang. “Jadi anak-anak dites suhu dulu, kemudian cuci tangan, kemudian masuk kelas, enggak ada istirahat, enggak ada ekstrakulikuler. 2 jam belajar selesai langsung pulang,” tegasnya.