Diego Maradona, Legenda yang Penuh Kontroversi
Argentina mengumumkan tiga hari berkabung nasional karena kematian Maradona.
REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Kantor presiden Argentina mengumumkan tiga hari berkabung nasional karena kematian Diego Maradona pada Rabu (25/11). Maradona meninggal pada usia 60 tahun karena gagal jantung dua minggu setelah keluar dari rumah sakit usai menjalani operasi penggumpakan darah di otak.
Terkenal karena gol "Tangan Tuhan" di mana ia meninju bola ke gawang Inggris dalam perempat final Piala Dunia 1986, Maradona memikat penggemar selama dua dekade kariernya dengan gaya permainannya yang mempesona. Meskipun reputasinya ternoda oleh kecanduannya terhadap kokain dan alkohol, serta nasib buruk saat memimpin tim nasional, ia tetap diidolakan di Argentina dan mendapatkan julukan "Pibe de Oro" atau "Anak Emas".
Nomor 10 yang dia kenakan semasa bermain menjadi identik dengannya, seperti yang juga terjadi pada bintang Brasil Pele. Keduanya sering dibanding-bandingkan perihal siapa pesepak bola terbaik.
Maradona seorang penyihir dengan bola di kakinya. Ia bisa berkelit melewati beberapa pemain lawan untuk kemudian mencetak gol. Lain waktu ia menjebol gawang lawan dengan tendangan bebas kaki kirinya, senjata paling terkuatnya.
“Semua yang dia pikirkan di kepalanya, dia mewujudkannya dengan kakinya,” kata Salvatore Bagni, yang bermain dengan Maradona di klub Italia Napoli.
Maradona makin lama makin tambun. Pada 1991 dia terjerat dalam skandal doping pertamanya ketika dia mengakui kebiasaan kokain yang menghantuinya sampai dia pensiun pada tahun 1997, pada usia 37 tahun.
Dia pernah dirawat di rumah sakit dan hampir mati pada tahun 2000 dan sekali lagi pada 2004 karena masalah jantung yang disebabkan oleh kokain. Lebih banyak masalah kesehatan menyusul, meskipun ia sudah menjalani operasi bypass lambung pada 2005 yang sangat mengurangi berat badannya. Maradona dirawat di rumah sakit pada awal 2007 karena hepatitis akut yang menurut dokternya disebabkan oleh kebiasaan makan dan minum yang berlebihan.
Dia kembali ke tim nasional Argentina pada 2008 sebagai pelatih, tetapi Tim Tango tersingkir di perempat final Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan dan dia didepak. Maradona kemudian mengambil pekerjaan kepelatihan lain dengan menangangi klub Uni Emirat Arab Al Wasl.
Maradona adalah anak kelima dari delapan bersaudara yang tumbuh di daerah miskin dan berpasir di Tigre, pinggiran Buenos Aires. Ia lahir pada 30 Oktober 1960, bermain sepak bola di lapangan tanah yang menginspirasi banyak orang Argentina menjadi bintang internasional. Tak satu pun dari mereka mendekati ketenaran Maradona. Pada 2001, FIFA menyebut Maradona sebagai salah satu dari dua pemain terhebat dalam sejarah olahraga ini, bersama Pele.
“Maradona menginspirasi kami,” kata striker Argentina saat itu Carlos Tevez, menjelaskan ketertarikan semua orang negaranya dengan Maradona di Piala Dunia 2006 di Jerman. "Dia adalah idola kami, dan idola bagi orang-orang."
Maradona menuai gelar di dalam dan luar negeri, bermain di awal 1980-an untuk Argentinos Juniors dan Boca Juniors sebelum pindah ke klub Spanyol Barcelona dan Italia membela Napoli. Prestasi puncaknya datang di Piala Dunia 1986, menjadi kapten Argentina dalam kemenangan 3-2 atas Jerman Barat di final. Maradona memborong gol kemenangan 2-1 atas Inggris dalam pertandingan perempat final yang penuh kontroversi sekaligus hiburan. Satu gol ia cetak ke gawang Peter Shilton, dengan tangan. Satu lagi dengan sangat brilian, membawa bola dari lapangan tengah, melewati lima pemain Inggris sebelum menjebol gawang Inggris. Bertahun-tahun kemudian, ia mengakui sudah mencetak gol dengan tangannya. Sementara satu golnya dinobatkan FIFA sebagai gol terbaik.
Banyak orang Argentina melihat pertandingan itu sebagai balas dendam atas kekalahan negara mereka dari Inggris dalam perang 1982 atas Kepulauan Falkland, yang masih diklaim Argentina sebagai Las Malvinas.
“Itu ara kami memulihkan Las Malvinas," tulis Maradona dalam otobiografinya tahun 2000, "I am Diego."
“Itu lebih dari sekadar mencoba memenangkan pertandingan. Kami mengatakan permainan itu tidak ada hubungannya dengan perang. Tetapi kami tahu bahwa orang Argentina telah mati di sana, bahwa mereka telah membunuh mereka seperti burung. Dan ini adalah balas dendam kami. Itu adalah sesuatu yang lebih besar dari kami: Kami mempertahankan bendera kami.”
Akrab dengan bola sejak balita
Maradona mengatakan dia diberi bola segera setelah dia bisa berlari. "Saya berusia 3 tahun dan saya tidur sambil memeluk bola itu sepanjang malam," katanya.
Pada usia 10 tahun, Maradona mendapatkan ketenaran dengan tampil di paruh waktu pertandingan profesional, memukau penonton dengan juggling bola selama beberapa menit dengan kaki, dada, dan kepalanya. Dia juga membuat debut dengan tim junior Argentinos Juniors, memimpin skuat yang sebagian besar berusia 14 tahun melalui 136 pertandingan tak terkalahkan.
“Melihatnya bermain adalah kebahagiaan murni, bintang sejati,” kata rekan setimnya Carlos Beltran.
Maradona bermain dari 1976-81 untuk klub divisi satu Argentinos Juniors, kemudian pergi ke Boca Juniors selama setahun sebelum menuju ke Barcelona dengan rekor transfer dunia sebesar 8 juta dolar AS, jumlah yang amat besar kala itu.
Pada 1984, Barcelona menjualnya ke Napoli. Dia nyaris membawa Napoli sendirian berjaya, membawanya menjuarai Liga Italia 1987, gelar pertama klub dalam 60 tahun. Di Napoli, Maradona dianggap manusia setengah dewa.
Setahun setelah kalah di final Piala Dunia 1990 dari Jerman Barat, Maradona pindah ke klub Spanyol Sevilla, tetapi kariernya menurun. Dia memainkan lima pertandingan di klub Argentina Newell's Old Boys pada tahun 1994 sebelum kembali ke Boca dari 1995-97, klub terakhirnya dan paling dekat dengan hatinya.
Masalah obat-obatan membayangi tahun-tahun terakhirnya bermain. Maradona gagal dalam tes doping pada tahun 1991 dan dilarang selama 15 bulan, mengakui kecanduan kokainnya yang sudah berlangsung lama. Dia gagal dalam tes doping lainnya untuk stimulan dan dikeluarkan dari Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat.
Saat pensiun, Maradona sering mengunjungi pertandingan Boca sebagai bagian sorak-sorai satu orang dan mengambil bagian dalam acara amal, olahraga, dan pameran di seluruh dunia. Tapi penyerang yang sudah tambun itu dengan cepat menambah berat badannya dan jelas-jelas kehabisan napas saat dia terengah-engah melalui pertandingan persahabatan.
Pada tahun 2000, dalam apa yang dikatakan dokter sebagai dekat dengan kematian, dia dirawat di rumah sakit di resor Uruguay di Punta del Este dengan jantung yang menurut dokter memompa kurang dari setengah kapasitasnya. Sampel darah dan urin menunjukkan jejak kokain.
Setelah menjalani rawat inap darurat lainnya pada tahun 2004, Maradona menjalani konseling karena penyalahgunaan obat. Pada bulan September tahun itu ia terbang ke Kuba untuk perawatan di Pusat Kesehatan Mental Havana. Di sana dia dikunjungi oleh temannya, Presiden Kuba Fidel Castro.
Di Kuba, Maradona mulai bermain golf dan merokok cerutu. Dia sering memuji Castro dan revolusioner kelahiran Argentina "Che" Guevara, yang bertarung dengan Castro dalam revolusi Kuba. Ia bahkan punya tato Guevara di lengan kanannya. Maradona mengatakan dia bersih dari narkoba di sana dan memulai babak baru.
Pada tahun 2005, ia menjalani operasi bypass lambung di Kolombia, kehilangan berat badan hampir 50 kilogram sebelum tampil sebagai pembawa acara talk show televisi Argentina yang sangat populer. Pada "10's Night," Maradona menyundul bola dengan Pele, mewawancarai petinju Mike Tyson dan selebriti Hollywood, dan merekam percakapan panjang dengan Castro di Kuba.
Saat pensiun, Maradona juga menjadi lebih blak-blakan. Dia sering mengecam mantan pelatih, pemain, termasuk Pele, dan Paus. Dia bergabung dengan gerbong protes sayap kiri di luar KTT Amerika pada tahun 2005, berdiri di samping Presiden Venezuela Hugo Chavez untuk mengecam kehadiran Presiden AS George W. Bush.
Victor Hugo Morales, penyiar sepak bola paling populer di Argentina, mengatakan Maradona pada akhirnya akan dikenang karena gaya permainannya yang mendebarkan yang tidak pernah bisa ditiru.
“Dia telah menjadi salah satu seniman hebat di zaman saya. Seperti ahli musik dan lukisan yang hebat, dia telah menantang kecerdasan kita dan memperkaya jiwa manusia, ”kata Morales. "Tidak ada yang lebih menggairahkan saya dan membuat saya begitu kagum seperti Diego."