Apakah Umat Selain Islam Bisa Masuk Surga?
Makna beriman kepada Allah adalah mentaatinya
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Apakah umat selain Islam bisa masuk surga? Mungkin pertanyaan ini sempat terbersit di pikiran kita sebagai seorang Muslim. Ustaz Ahmad Sarwat Lc MA memberikan penjelasan dengan menyampaikan firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah Ayat 62:
"Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak mereka bersedih hati."
Ayat itu, terang Ustaz Ahmad, tidak dinasakh (dibatalkan) karena tidak ada masalah dengan ayat tersebut. Hal yang perlu dinasakh adalah kesimpulan mereka yang menyimpangkan makna dan pengertian ayat ini. Ayat itu juga tidak pernah menyatakan bahwa agama selain Islam itu benar dan pemeluknya akan masuk surga.
"Sama sekali tidak. Hanya mereka yang ada penyakit di dalam hatinya saja yang masih saja sampai hati menyelewengkan ayat tersebut untuk membenarkan paham pluralisme bejatnya," jelas Ustaz Ahmad seperti dilansir dari laman Rumah Fiqih Indonesia, Sabtu (28/11).
Secara sekilas ayat 62 Surat Al-Baqarah mudah diselewengkan bahwa agama selain Islam itu seolah-olah benar. Namun siapapun yang memahami esensi ajaran Islam pasti tahu ayat itu diturunkan tidak dengan maksud untuk menetapkan bahwa agama-agama tersebut benar.
"Maksud ayat ini ingin mengatakan bahwa meski seseorang itu dulunya pemeluk Yahudi, Nasrani atau Shabiin, namun beriman kepada Allah dan beramal shaleh, mereka memang akan masuk surga," paparnya.
Lantas, mana mungkin orang Yahudi disebut beriman kepada Allah sedangkan sepanjang surat Al-Baqarah ditemukan bahwa ada kutukan Allah kepada Yahudi. Tidak mungkin ada orang yang memeluk Yahudi sambil beriman kepada Allah. Sebab makna iman itu bukan sekedar percaya adanya Allah.
Kalau hanya sekedar percaya adanya Allah, Abu Jahal cs pun juga percaya bahwa Allah itu ada. Makna beriman kepada Allah adalah mentaatinya, mengikuti petunjuk nabi-Nya, Muhammad SAW serta melaksanakan semua perintah-Nya di dalam kitab suci Alquran. Hal sama juga berlaku buat agama lainnya, baik Nasrani, Majusi, Musyrikin atau Shabiiin.
"Jadi makna ayat itu adalah meski dulunya Yahudi, tetapi bila kemudian masuk Islam, maka akan masuk surga. Begitu juga meski dulunya Nasrani atau Shabiiin, kemudian masuk Islam, maka mereka bisa masuk surga," terang Ustaz Ahmad.
"Ayat ini sama sekali tidak ingin mengatakan bahwa Yahudi, Nasrani dan Shabiin itu akan masuk surga. Sama sekali bukan dan jauh sekali dari intisari dakwah Rasulullah SAW. Kalau memang mereka bisa selamat dan masuk surga dalam agama lamanya, buat apa Nabi SAW meminta Kaisar Heraclius, Kisra dan penguasa dunia saat itu untuk masuk Islam?" kata Ustaz Ahmad menjelaskan kembali.