Warga Iran Protes Bakar Bendera Israel dan AS

Warga Iran bakar bendera Israel dan AS kecam tewasnya ilmuwan nuklir

EPA
Ilmuwan kenamaan Iran, Mohsen Fakhrizadeh
Rep: Fergi Nadira Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Mahasiswa di ibu kota Iran, Teheran, membakar bendera Israel dan Amerika Serikat (AS) sebagai bentuk protes atas pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Mohsen Fakhrizadeh, Sabtu (28/11) waktu setempat. Iran menuduh Israel sebagai otak pembunuhan ilmuwan nuklir berusia 63 tahun itu.

Dilansir laman Time of Israel, para mahasiswa yang berdemonstrasi di luar kementerian luar negeri Iran itu juga membakar foto Presiden AS Donald Trump dan Presiden terpilih Joe Biden. Kantor berita Prancis mengidentifikasi para siswa sebagai anggota Basij, unit paramiliter Korps Pengawal Revolusi Islam. Fakhrizadeh adalah seorang perwira senior di IRGC.

Protes skala kecil juga dilaporkan di kota Masyhad dan Qom. Kantor berita semi-resmi ISNA menunjukkan foto-foto para demonstran yang juga membakar bendera Israel dan AS. Sebuah kelompok mahasiswa garis keras mengeluarkan pernyataan yang menyerukan agar para pengawas Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dikeluarkan dari negara itu. Mereka mengecam IAEA sebagai mata-mata.

Persatuan Perkumpulan Mahasiswa Islam juga dilaporkan menyerukan untuk memboikot negosiasi dengan kekuatan Barat sampai mereka yang berada di belakang serangan terhadap ilmuwan Iran diadili. Mereka menuntut tanggapan militer atas pembunuhan Fakhrizadeh dan Jenderal Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds IRGC yang terbunuh di serangan drone AS pada Januari.

Pada Jumat malam, demonstrasi kecil sebelumnya terjadi di Teheran di luar kediaman Rouhani. Puluhan pengunjuk rasa garis keras menyerukan perang dengan AS setelah pembunuhan ilmuwan tersebut.

Sabtu pagi, Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel membunuh Fakhrizadeh dan berjanji untuk membalas kematiannya. Pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei juga menyerukan balas dendam.

Channel 12 News Israel melaporkan pada Sabtu sore bahwa Israel menempatkan kedutaan dan delegasinya di seluruh dunia pada siaga keamanan yang ditingkatkan di tengah kekhawatiran pembalasan Iran. Namun hingga saat ini Israel belum memberikan komentar resmi tentang pembunuhan itu.

Fakhrizadeh meninggal pada Jumat (27/11) waktu setempat dalam sebuah penyergapan di Absard, sebuah desa di timur ibu kota Teheran, ketika kendaraannya mendekati sebuah truk yang meledak ketika mendekat. Laporan lokal kemudian menggambarkan rentetan tembakan otomatis ketika orang-orang bersenjata muncul dari mobil di dekatnya.

Baku tembak kemudian meletus antara para pembunuh dan pengawal Fakhrizadeh. Para penyerang melukai Fakhrizadeh dan menewaskan sedikitnya tiga penjaga sebelum melarikan diri.

Serangan itu terjadi hanya beberapa hari sebelum peringatan 10 tahun pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Majid Shahriari yang juga disalahkan Teheran pada Israel. Insiden tersebut dan pembunuhan terarah lainnya terjadi pada saat yang disebut virus Stuxnet, yang diyakini sebagai ciptaan Israel dan Amerika bertujuan menghancurkan sentrifugal Iran.

Serangan itu terjadi di puncak ketakutan Barat atas program nuklir Iran. Teheran sejak lama bersikeras programnya damai. Namun, Fakhrizadeh memimpin apa yang disebut program AMAD Iran yang diduga Israel dan Barat sebagai operasi militer yang bertujuan untuk membangun senjata nuklir. Namun demikian, Badan Energi Atom Internasional mengatakan bahwa "program terstruktur" berakhir pada tahun 2003.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler