Sidebar

MUI Respons Isu HRS Hingga Adzan Ajakan Jihad

Wednesday, 02 Dec 2020 05:05 WIB
Massa yang tergabung dalam Aliansi Warga Kota Solo Menolak Rizieq Shihab melakukan aksi unjuk rasa di Gladak, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (21/11/2020). Aksi penolakan rencana safari dakwah Rizieq Shihab di Kota Solo tersebut dibubarkan oleh Kepolisian karena melanggar protokol kesehatan.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) periode 2020-2025, KH Cholil Nafis, meminta kepada para dai, para pemimpin, dan umat Islam pada umumnya untuk mengabaikan isu-isu yang hanya memecah persatuan umat. 

Baca Juga


Menurut dia, para dai harus fokus untuk melakukan pembinaan terhadap umat. “Bagi para dai itu jangan terjebak pada polemik, masalah khilafiyah atau sentimen kelompok, tapi fokus pada membina umat,” ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (1/12).

Dia pun mengajak kepada masyarakat Indonesia bersama-sama membangun persatuan dan kesatuan, serta menghindari hal-hal yang menyita waktu dan energi. 

Dengan demikian, masyarakat Indonesia dan umat Islam khususnya bisa lebih produktif lagi. “Berharap masyarakat membangun persatuan dan kesatuan. Hindari hal-hal yang menyita waktu dan energi tanpa ada produktivitas,” ucapnya.

Menurut Kiai Choli, saat ini memang banyak isu-isu yang bisa merusak perdamaian di Indonesia. Padahal, menurut dia, Indonesia bukan negara perang, melainkan darussalam atau negara yang damai. 

Karena itu, dia juga meminta kepada semua pihak untuk tidak memperdebatkan hal yang tidak penting, termasuk para pemimpinnya. “Karena umat itu akan bingung kalau pemimpinnya itu berantem atau banyak silang pendapat. Karena itu, hindari hal-hal yang menimbulkan kegaduhan, hal-hal yang mebingungkan umat. Berilah umat itu arahan-arahan ke arah yang benar,” kata Kiai Cholil.

Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok ini mengatakan, MUI sendiri selama ini telah berupaya untuk selalu membina, melindungi, dan memberdayakan umat Islam di Indonesia.

“Pertama kita melindungi umat dari pikiran-pikiran sesat atau dari makanan-makanan haram. Kedua, adalah ri’ayah, kita harus membimbing umat ke arah yang lebih baik,” jelasnya.

Setelah melakukan pembinaan dan memberikan perlindungan terhadap umat, lanjutnya, semua pihak juga harus berupaya melakukan pemberdayaan kepada umat, baik secara ekonomi maupun secara intelektual. “Nah ini yang menjadi tugas kita bersama untuk memaksimalkan dakwah kita,” tutupnya.  

 

Berita terkait

Berita Lainnya