Australia Berupaya Cari Pembeli Kapas di Luar China

Ketegangan politik dengan China mengancam perdagangan kapas Australia.

Putra M Akbar
Australia berupaya meningkatkan permintaan untuk produk kapasnya dari negara-negara lain di luar China, seperti Vietnam. Hal itu dilakukan karena ketegangan hubungan dengan China.
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia berupaya meningkatkan permintaan untuk produk kapasnya dari negara-negara lain di luar China, seperti Vietnam. Hal itu dilakukan karena ketegangan hubungan dengan China.


"China mengancam akan membuat Australia kesulitan dengan persediaan besar kapas yang tidak terjual," kata sumber yang mengetahui rencana itu pada Kamis (10/12).

Pada Oktober, pabrik kapas China diperintahkan untuk berhenti membeli kapas dari Australia. Langkah itu mengancam perdagangan senilai sekitar 900 juta dolar Australia (sekitar Rp 9,47 triliun) di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.

Namun, produsen kapas Australia awalnya tidak segera merasakan dampaknya. Pasalnya, Australia sedang memiliki sedikit stok kapas untuk dijual setelah kemarau yang berkepanjangan menyebabkan rekor produksi kapas yang rendah.

Namun sejak saat itu, hujan membasahi pantai timur Australia. Para petani kapas di negara itu akan memproduksi 506.000 ton kapas, yang merupakan produksi tertinggi sejak 2018. Stok kapas yang besar membuat para eksportir berebut mencari pasar alternatif.

"China biasanya mengambil 60 persen dari ekspor kapas Australia. Kami sedang berupaya untuk meningkatkan pembelian dari Vietnam, Thailand, dan negara-negara Asia lainnya," kata seorang narasumber yang mengetahui rencana tersebut.

Narasumber itu enggan disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara dengan media. Australia akan mulai memanen hasil tuaian kapas periode 2020-2021 pada April, dan itu memberikan waktu beberapa bulan kepada eksportir untuk menyiapkan sejumlah pelanggan baru.

Hubungan Australia dengan China memburuk pada 2018 ketika Negeri Kanguru itu menjadi negara pertama yang melarang perusahaan China Huawei membangun jaringan 5G-nya. Hubungan kedua negara semakin memburuk tahun ini ketika Australia menyerukan penyelidikan tentang asal-usul virus corona.

Saat hubungan memburuk, China memberlakukan tarif pada produk gandum dari Australia dan memperlambat impor daging sapi dan batu bara Australia. China juga akan memberlakukan secara sementara biaya anti-subsidi pada beberapa impor anggur Australia mulai 11 Desember. Langkah itu akan meningkatkan tekanan pada industri anggur Australia.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler